Amanat Ketua PBNU pada Hari Santri 2020: Tantangan Pandemi Covid-19 dan UU Cipta Kerja

- 22 Oktober 2020, 16:55 WIB
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. / (Foto: Dok. PBNU/

Said Aqil menyebutkan, Resolusi Jihad Fii Sabilillah dengan jelas memuat nilai nasionalisme yang berbasis ahlussunah wal-jamaah, yaitu kewajiban mempertahankan kemerdekaan, NKRI sebagai satu satunya pemerintahan yang sah yang harus dijaga dan ditolong.

Umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya. Perang suci (jihad) ini adalah kewajiban bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 km, dan fardhu kifayah bagi mereka yang tinggal di luar radius tersebut.

Tak hanya sampai di situ, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan adalah kelanjutan dari peristiwa Perang Rakyat empat Hari pada 26-27-28-29 Oktober 1945.

Yaitu, perang antara Brigade ke-49 di bawah komando Brigjend Aulbertin Walter Sothem Mallaby dengan arek-arek Surabaya yang sangat heroik.

Perang ini menewaskan 2.000 an lebih pasukan sekutu, termasuk Brigjend Mallaby yang terbunuh pada tanggal 30 Oktober 1945.

Baca Juga: Daftar BLT UMKM BPUM Tangsel di Link Ini, Bisa untuk Penjual Nasi Uduk, Gorengan, Sembako Dll

Baca Juga: Update Cara Daftar, Syarat dan Cek Penerima BLT UMKM BPUM Rp2,4 Juta

Kemudian para sejarawan, seperti Agus Sunyoto (2020) menyimpulkan bahwa Perang Rakyat Empat hari tersebut terjadi akibat adanya seruan Resolusi Jihad PBNU yang dikumandangkan pada tanggal 20 Oktober 1945.

“Tidak salah jika ada yang berpendapat, tidak ada hari pahlawan tanpa Resolusi Jihad atau hari Santri. Resolusi Jihad menunjukkan antara Islam dan Nasionalisme bukanlah hal yang kontradiktif, bahkan tidak dapat dipisahkan," tegas Said Aqil.

Peran Santri dalam Memperkuat Jiwa Nasionalisme Bangsa

Halaman:

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x