SEPUTARTANGSEL.COM – Perselisihan yang terjadi di kawasan Timur Tengah masih terus berlanjut, termasuk konflik antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban.
Hal ini mendorong Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk mengadakan pertemuan bersama dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan dan kepala militer negara itu pada Rabu, 7 April 2021.
Kunjungan Sergei Lavror ke Pakistan merupakan hal pertama kalinya dalam sembilan tahun lamanya untuk membicarakan perdamaian antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban.
Baca Juga: Polda Metro Gelar Operasi Keselamatan Jaya untuk Sosialisasikan Larangan Mudik
Baca Juga: Chelsea dan PSG Menang di Leg Pertama Perempat Final Liga Champions
Imran Khan juga menyoroti dalam pertemuan negoisasi terkait betapa pentingnya untuk menyelesaikan politik yang telah dibicarakan terkait perang di Afghanistan.
"Pakistan telah menghargai adanya upaya Rusia dalam mempromosikan sebuah proses perdamaian dengan Afghanistan, dimana pertemuan tersebut diselenggarakan di Moskow," Kata Khan.
Tak lupa, mereka juga membahas mengenai kerja sama ekonomi, permasalahan pandemi Covid-19, dan membicarakan terkait kemajuan proyek pipa gas besar.
Baca Juga: Cegah Covid-19 Selama Ramadhan, Kegiatan Sahur on the Road Dilarang
Baca Juga: Ketua KPK Serahkan Aset Hasil Rampasan Korupsi ke Kementerian Agama, Segini Totalnya
Lavrov juga mengunjungi Jenderal Qamar Javed Bajwa, yang markas besar militernya berada di kawasan kota Rawalpindi.
"Selama diadakannya pertemuan tersebut, permasalahan atas kepentingan bersama, termasuk meningkatkan kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan, yaitu kemanan regional. Adapun topik khusus tersebut adalah mengenai Proses Perdamaian Afghanistan." kata pernyataan itu.
Pakistan dan Amerika Serikat merupakan pendukung utama pejuang Islam yang telah berperang mengusir pasukan Soviet pada tahun 1980-an.
Baca Juga: Presiden Ajak LDII Lakukan ini Untuk Tingkatkan Toleransi Dalam Beragama
Baca Juga: Wacana Perubahan Skor, Rionny Mainaky Sudah Menyiapkan Program Latihan Khusus
Rusia mengaku menaruh keprihatinan mengenai timbulnya ketidakstabilan Afghanistan yang telah meluap ke kawasan Asia Tengah.
Hal tersebut akibat Amerika Serikat tengah berusaha untuk melepaskan diri dari perang untuk melawan Taliban di Afghanistan.
"Perhatian utama kami yaitu mengenai situasi di Afghanistan," kata kementerian luar negeri Rusia.
Baca Juga: Polisi Larang Sahur On The Road Ramadhan 2021, Simak Alasannya
Baca Juga: Pemerintah Sahkan Surat Edaran Terkait Pelarangan Mudik Bagi ASN
Rusia telah menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan konferensi perdamaian antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban di Moskow.
Tujuan dari konferensi perdamaian tersebut adalah untuk terwujudnya gencatan senjata .
Anggota peserta koneferensi perdamaian, termasuk AS, China dan Pakistan, menyerukan pihak Afghanistan dan Taliban untuk mencapai kesepakatan perdamaian dan mengekang tindakan kekerasan.
Baca Juga: Diduga Melakukan Aksi Separatis, China Hukum Mati Dua Pejabat Uighur
Baca Juga: Soal Terbitnya Telegram Peliputan Media, Berikut Penjelasan Kapolri
"Kami tidak sabar menantikan sebuah temuan awal dari solusi konstruktif yang guna mengakhiri perang saudara di Republik Islam Afghanistan melalui kesepakatan tentang pembentukan pemerintahan inklusif dengan partisipasi gerakan Taliban," lanjut Lavrov.
Pada 29 Februari 2020, Amerika Serikat sudah sepakat untuk menandatangani perjanjian dengan Taliban.
Dikutip dari Reuters, kesepakatan perjanjian itu mencakup penarikan semua pasukan AS dari Afghanistan, memberikan jaminan bahwa tanah Afghanistan tidak boleh digunakan siapapun untuk menyerang keamanan AS beserta sekutunya, dan gencatan senjata secara permanen dan komprehensif.
Baca Juga: Siklon Tropis Seroja Menjauh, Kepala BMKG: Cuaca Diprediksi Akan Semakin Membaik
Baca Juga: Polisi Yang Diduga Tembak Anggota Laskar FPI Jadi Tersangka, Komnas HAM Minta Polisi Transparan
Namun, perselisihan antara Pemerintah Afghanistan yang didukung AS dan Taliban masih terus memanas.
Sementara itu, Pemerintah Afghanistan dan Taliban saat ini tengah bersiap untuk menarik pasukannya berdasarkan pakta dalam waktu tenggang pada 1 Mei mendatang
Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa tanggal itu akan sulit untuk direalisasikan meskipun Taliban mengancam akan melakukan lebih banyak kekerasan jika tidak dipenuhi keinginannya.***