Semakin Memanas! Rocky Gerung Samakan Buzzer dengan Budak yang Dikebiri oleh Istana

14 Februari 2021, 14:45 WIB
Pengamat politik Indonesia, Rocky Gerung. /YouTube/Rocky Gerung Official/

SEPUTARTANGSEL.COM - Isu buzzer politik di media sosial semakin memanas.

Beberapa tokoh seperti Muhammad Said Didu hingga mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) beramai-ramai mengomentari hal itu.

Hal ini diawali dengan pernyataan Jokowi dalam acara Peluncuran Laporan Tahunan Ombudsman RI 2020 yang diselenggarakan pada 8 Februari 2021, yang meminta agar masyarakat mengkritik pemerintah.

Baca Juga: Bukan Cuma Coklat, Hari Valentine Juga Bisa Dirayakan dengan Beras Kencur

Baca Juga: CEK FAKTA: KTP Elektronik Terpasang Chip GPS Untuk Melacak Keberadaan

Menanggapi hal ini, Pengamat Politik Rocky Gerung melihat buzzer digunakan untuk merawat kekuasaan di Istana.

Menurut mantan Dosen Filsafat Universitas Indonesia (UI) itu, buzzer-buzzer politik hanya menghalangi pemikiran-pemikiran kritis yang justru dinilai dapat membangun pemerintahan.

Secara lebih lanjut, Rocky Gerung mengomentari foto Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama para buzzer politik, termasuk Abu Janda sebagai sebuah peternakan politik.

Baca Juga: Presiden Jokowi Tandatangani Perpres, Ada Sanksi Jika Tak Ikut Vaksinasi Covid-19

Baca Juga: Alhamdulillah, Tak Ada WNI Yang Menjadi Korban Akibat Gempa Berkekuatan 7,3 Magnitudo Yang Mengguncang Jepang

"Saya mau lihat bahwa yang digambarkan ini tuh sebetulnya semacam peternakan politik, berjejer di situ ternak-ternak itu. Saya tafsirkan begitu ke foto itu, " kata Rocky, seperti dikutip Seputartangsel.com dari kanal YouTube Rocky Gerung Offcial pada Minggu, 14 Februari 2021.

"Jadi ada peternakan buzzer dan wajah-wajah di belakang itu yang di belakang Presiden, di belakang Pak Moeldoko segala macam. Itu wajah-wajah yang feodalistik," lanjutnya.

Rocky menyamakan buzzer seperti budak politik. Oleh karena itu, mereka 'dikebiri' supaya tidak mengganggu.

Baca Juga: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Dibilang Tak Punya Tata Krama oleh Ferdinand Hutahaean, Ada Apa?

Baca Juga: Airin Rachmi Diany Lengser Digantikan Wali Kota Bogor Bima Arya Sebagai Ketua APEKSI

Maksud Rocky, yang dikebiri adalah otak dan daya analisis para buzzer sehingga mereka sulit bersikap kritis.

"Sekarang budak politik kita hari ini, yang disebut buzzer yang dikebiri bukan buah zakarnya, tapi lobus frontalnya. Bagian otak yang harus membuat analisa, kritis, memori, perilaku sehingga dia cuma 'ya, ya, ya'," ujarnya.

Kemudian, Rocky menuturkan bahwa buzzer politik tidak sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi.

Baca Juga: China Tolak Beri Data Mentah Asal Mula Covid-19 di Wuhan kepada WHO

Baca Juga: Cek Karaktermu Berdasarkan Golongan Darah, AB Sulit Dimengerti hingga O dengan Standar Tinggi?

Pasalnya, demokrasi menghendaki kesetaraan argumentasi yang sulit dilakukan selama masih dibatasi oleh UU ITE.

Hal inilah yang dia komentari juga dari pernyataan Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman yang meminta JK untuk membaca UU ITE jika ingin mengkritik Jokowi agar tidak takut dilaporkan ke polisi.

"Kan dia mesti paham bahwa justru UU ITE itu yang menghalangi demokrasi. Jadi, kita disuruh baca UU yang menghalangi kita untuk membaca. Kan betul-betul berputar-putar dalam kedunguan. Sehingga secara mental sebetulnya para pengasuh budak ini sudah lumpuh sehingga ngga bisa lagi melihat apa sebetulnya inti kritik dari JK, dan apa inti kritik dari SBY," tutur Rocky.

Baca Juga: Jepang Angkat 'Menteri Kesepian' untuk Menolong Warga yang Sendirian di Rumah

Baca Juga: Trump Batal Dimakzulkan Senat AS, Bisa Calonkan Diri Lagi

"Jadi sudahlah, ini lumpuh secara mental dan cacat secara akal. Itu yang menjadi ciri dari perbudakan politik di Istana saat ini," tutupnya.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum

Tags

Terkini

Terpopuler