Sri Mulyani Sebut Ekonomi Tumbuh 4,5 Persen di 2021, Rizal Ramli: Kalau Ngibul Jangan Keterlaluan

30 Desember 2020, 17:09 WIB
Rizal Ramli (kanan) yang mengkritik ucapan Sri Mulyani (kiri) soal ekonomi Indonesia di tahun 2021. /Foto: Kolase foto dari maritim.go.id dan Instagram @smindrawati/


SEPUTARTANGSEL.COM - Pakar Ekonomi Rizal Ramli mengomentari pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati soal laju ekonomi Indonesia.

Rizal Ramli bahkan menolak proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diutarakan Sri Mulyani.

Diketahui, sebelumnya Sri Mulyani sempat mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan lebih dari 2020.

Baca Juga: Pemerintah Bubarkan FPI, Fadli Zon: Praktik Otoritarianisme dan Pembunuhan Demokrasi

Proyeksi Sri Mulyani tersebut bahwa pada tahun 2021 ekonomi akan naik sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen.

Hal itu, menurut Sri Mulyani karena mempertimbangkan dari berbagai faktor, termasuk mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang rendah di tahun 2020.

Perkiraan yang cukup lebar ini dianggap sama oleh sejumlah organisasi internasional.

“Pemerintah berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 hingga 5,5 persen cukup realistis dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut dan baseline pertumbuhan ekonomi yang rendah di tahun 2020,” kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Ini Anggaran Dasar yang Membuat Pemerintah Membubarkan FPI

“Tahun 2021, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,1 persen. Sementara World Bank 4,8 persen, dan ADB 5,3 persen,” katanya. 

Menanggapi hal tersebut, dikutip dari kanal YouTube Refly Harun pada Selasa, 29 Desember 2020, ekonom senior Rizal Ramli menyebut, wacana yang diucapkan oleh Sri Mulyani sangat tidak realistis.

"Kalau bicara ekonomi 2020, sebelumnya 2018,2019, ekonomi kita memang sudah melambat, semua indikator makro ekonominya, misalnya, neraca perdagangan, transaksi berjalan, primary balance di anggaran, itu merosot bertahap pelan-pelan," ucapnya.

Baca Juga: Resmi Dibubarkan Pemerintah, Ketua FPI: Biar Masyarakat dan Umat yang Menilai

Baca Juga: FPI Dibubarkan, Anggaran Dasarnya Bertentangan dengan UU No 17 Tahun 2013 Tentang Ormas

Ia juga menyampaikan bahwa hingga saat ini pun Indonesia belum pernah keluar dari batas maksimal pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen.

Rizal Ramli membeberkan sejumlah alasan mengapa pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa anjlok seperti saat ini.

"Begitu terjadi Covid-19 di Wuhan bulan Desember 2019, Indonesia seperti biasa nganggep enteng, turis dari China masih banyak yang masuk, padahal saat itu, semua orang langsung tutup airport-nya, Jepang, Singapura, kita malah sok jago," tuturnya.

Baca Juga: Kegiatan FPI yang Melanggar Hukum sehingga Dibubarkan, Mahfud MD: Memprovokasi

Baca Juga: Ini Alasan Pemerintah Bubarkan FPI yang Dipimpin Habib Rizieq

Bukannya menutup akses dari luar negeri, ucap Rizal Ramli, Indonesia justru malah berusaha untuk menutupi dan menyepelekan Covid-19.

"Kita pada saat itu malah kasih insentif untuk turis asing China buat masuk Indonesia. Kita bayar buzzer 720 miliar untuk menutupi bahwa Covid-19 ini gak ada masalah," ujarnya.

Oleh karena itu ia menyampaikan bahwa Indonesia telah membuang tiga bulan pertamanya hingga Maret, yang bisa digunakan untuk menindak tegas masuknya Covid-19 dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi resiko kesehatan dan ekonomi.

Baca Juga: FPI Resmi Dibubarkan Pemerintah, Menkopolhukam Mahfud MD: Lakukan Aktivitas yang Melanggar Hukum

Baca Juga: Gisel Kirim Video Syur ke Michael Yukinobu Pakai Aplikasi AirDrop, Begini Cara Kerjanya

"Nah begitu terjadi Covid-19, masalah ekonomi kita semakin kompleks, semakin merosot, daya beli juga ancur, lapangan pekerjaan nyaris tidak ada. Tapi yang paling penting uang beredar di masyarakat itu berkurang," ucapnya.

Rizal Ramli menjelaskan, dari Januari hingga September ekonomi Indonesia hanya 3 persen, lalu dari September hingga Oktober malah minus.

"Ini belum pernah terjadi sejak tahun 1998, artinya apa, uang yang beredar di masyarakat kesedot untuk membeli surat utang negara, karena utang udah terlalu banyak," tuturnya.

Baca Juga: Ingatlah 5 Kutipan Pendek Ini Saat Harimu Terasa Berat

"Jadi boro-boro di masyarakat ada tambahan uang beredar, malah dikurangi, inilah yang menjelaskan kenapa daya beli itu anjlok luar biasa," katanya.

Sehingga menurutnya, ekonomi di tahun 2020 resmi dinyatakan anjlok karena daya beli turun drastis dan perusahaan banyak yang bangkrut.

Oleh karena itu pernyataan Sri Mulyani soal ekonomi 2021 bisa 5,5 persen pun ditolak keras oleh Rizal Ramli karena dianggapnya terlalu berimajinasi.

"Lalu muncul versi angin surga dari menteri keuangan terbalik (Sri Mulyani) bahwa 2021 ini akan balik tinggi menjadi 5,5 persen, aduh ampun deh, sebelum Covid aja gak pernah 5,5 persen, cuman 5,1, ini kok tahun depan Covid masih banyak udah ngaku klaim 5,5 persen," ucapnya.

"Kalau Ngibul tuh jangan keterlaluan," katanya.

Artikel ini telah tayang di PR Bekasi dengan judul: Sri Mulyani Sebut Ekonomi Akan Lebih Baik, Rizal Ramli: Kalau Ngibul Tuh Jangan Keterlaluan

Baca Juga: BREAKING NEWS: Pemerintah Umumkan FPI Organisasi Terlarang di Indonesia!

Ia pun berkesimpulan bahwa 2020 ekonomi anjlok dan tahun 2021 bakal jeblok jika tidak mau berubah.***(PR Bekasi /Ghiffary Zaka)

Editor: Muhammad Hafid

Tags

Terkini

Terpopuler