Tragedi Bintaro 19 Oktober 1987, Cerita Duka yang Tak Boleh Terulang Lagi

- 19 Oktober 2020, 13:57 WIB
Penggambaran tragedi Bintaro dalam sebuah film yang dirilis setahun lebih setelah kecelakaan tragis itu terjadi.
Penggambaran tragedi Bintaro dalam sebuah film yang dirilis setahun lebih setelah kecelakaan tragis itu terjadi. /Foto: Tangkapan layar./

Tapi sayangnya Slamet tidak dapat melihat tanda karena padatnya penumpang yang memenuhi bagian depan kereta. Ia juga tidak mendengar bunyi peringatan tersebut.

Baca Juga: Pekan Mode Arab Virtual Akan Dimulai. Seperti Apa Ya Acaranya?

Baca Juga: Bencana Hidrometeorologi Akibat Fenomena La Nina, BMKG: Tiga Provinsi Status Siaga

Kereta terus berjalan bahkan kecepatannya bertambah. Hingga pada tikungan sepanjang 407 meter Slamet menyadari ada KA no 220 yang melaju dari arah yang berlawanan.

Penumpang yang berada di lokasi kejadian kaget dan panik, bahkan sebagian dari mereka nekat turun dari kereta dengan melompat. 

Masinis dari KA no 220 berusaha untuk menghentikan kereta dengan cara mengerem namun sayangnya terlambat untuk dilakukan karena jarak kereta yang sudah begitu dekat serta kecepatan kereta masing-masing yang begitu cepat.

Dentuman dahsyat, penumpang terjepit, potongan tubuh terserak di sekitar bagian kereta paling depan. Tanah Bintaro kian merah, hari itu jadi hari paling kelam dalam sejarah transportasi Indonesia.

Baca Juga: Aktor Dari Jendela SMP ke Balik Jeruji Penjara Gara-gara Narkoba

Baca Juga: Petinggi KAMI Ditahan, Jimly Asshiddiqie: Penjara Penuh, yang Beda Pendapat Cukup Ajak Dialog

Masinis Slamet kemudian ditetapkan sebagai tersangka dan bertanggung jawab atas kerjadian tersebut. Ia menjalani hukuman penjara selama lima tahun.

Halaman:

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x