Tragedi Kanjuruhan: Data Korban Terkesan Dimanipulasi, Polisi Diduga Kerahkan Buzzer untuk Cuci Tangan

- 5 Oktober 2022, 09:14 WIB
Data korban tragedi Kanjuruhan diduga dimanipulasi hingga polisi dituduh kerahkan buzzer untuk cuci tangan
Data korban tragedi Kanjuruhan diduga dimanipulasi hingga polisi dituduh kerahkan buzzer untuk cuci tangan /Antara/Aribowo Sucipto/

SEPUTARTANGSEL.COM - Tragedi Stadion Kanjuruhan yang terjadi pasca Arema Malang mengalami kekalahan 2-3 atas Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022 lalu meninggalkan duka yang sangat dalam bagi dunia persepakbolaan Indonesia.

Berdasarkan data yang dikumpulkan pihak terkait, setidaknya 448 orang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan.

Dari 448 korban tragedi Kanjuruhan, 125 di antaranya dinyatakan tewas, 302 orang luka ringan, dan 21 orang luka berat.

Baca Juga: Ibu Pedagang Dawet Jelaskan Tragedi Kanjuruhan, Joshua Banjarnahor: Stop Framing Tidak Sesuai Fakta

Pemerintah pun membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk melakukan investigasi terhadap tragedi Kanjuruhan yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.

Menurut Jurnalis senior Forum News Network (FNN) Hersubeno Arief, ada perbedaan data korban tragedi Kanjuruhan versi polisi dengan versi suporter Arema, Aremania.

Menurut Aremania, jumlah korban melebihi data yang telah dirilis kepolisian. Pasalnya, banyak korban meningggal yang langsung dibawa pulang sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.

Selain itu, hingga kini masih banyak orang yang mencari anggota keluarganya yang belum ditemukan.

Baca Juga: Duka Cita Tragedi Kanjuruhan, Ridwan Kamil Serukan Bendera Setengah Tiang di Jawa Barat

"Masih banyak keluarga juga yang kehilangan anggota keluarganya dan masih mencari sampai sekarang, belum ketemu," kata Hersubeno Arief.

Hersubeno Arief menuturkan, banyak yang menilai banyaknya korban dalam tragedi tersebut diakibatkan oleh tindakan berlebihan yang dilakukan aparat kepada penonton.

"Ini sebenarnya bukan kerusuhan antar penonton, justru yang terjadi bentrokan antara, bukan bentrokan bahkan, (tapi) tindakan over reaktif dari petugas keamanan terhadap pentonton," ujarnya, dikutip SeputarTangsel.com dari kanal YouTube Hersubeno Arief pada Rabu, 5 Oktober 2022.

Baca Juga: Ade Armando Sebut Aremania 'Sok Jagoan' di Tragedi Kanjuruhan, Gus Umar: Nanti Didatangi Kau Bilang Anarkis

Polisi diduga gunakan buzzer untuk cuci tangan tragedi Kanjuruhan

Belakangan viral informasi yang mengatakan polisi sengaja menggunakan buzzer untuk cuci tangan dari tragedi Kanjuruhan.

Dugaan ini diungkap oleh pemilik akun Twitter @almertarandha pada Senin, 3 Oktober 2022.

Menurut pemilik akun, ada yang sengaja mengirimkan rekaman suara atau voice note via aplikasi WhatsApp yang berisi klarifikasi penjual warung di Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Polisi Periksa CCTV, Netizen Pertanyakan Kapolda Jawa Timur: Dipecat Gak?

Dalam rekaman suara tersebut, seseorang yang mengaku sebagai penjual itu mengatakan banyaknya korban meninggal bukan disebabkan gas air mata yang ditembakan polisi, melainkan sesama penonton yang saling berdesak-desakan.

"BUZZER PRO POLISI PAS TRAGEDI KANJURUHAN PAKE STRATEGI BARU.. ngirim voicenote yang ceritanya klarifikasi dari penjual warung di stadion, intinya meninggal banyak bukan gr2 gas air mata tapi sesama penonton yg "uyel2"an," tulis akun Twitter @almertarandha.

Namun, setelah nomor WhatsApp itu ditelusuri melalui aplikasi Get Contact, yang muncul adalah seorang tukang pijat yang diketahui bernama Akim dan berdomisili di Bandung, Jawa Barat.

Baca Juga: Kabar Terbaru Kasus Ferdy Sambo di Tengah Gemparnya KDRT Lesti Kejora dan Tragedi Kanjuruhan Malang

Ia pun merasa janggal lantaran tak pernah mencari tukang pijat di Bandung.

"pas di getcontact keluarnya beginian.. sejak kapan saya pernah nyari kang pijet di bandung..," tuturnya.

Ia menduga, rekaman suara yang dikirimkan melalui WhatsApp itu merupakan strategi polisi untuk menghasut masyarakat terkait tragedi Kanjuruhan.

"kacau sih yak strateginya pak pol ini, buat orang2 tertentu yang gampang kehasut dll pasti percaya2 aja," ucapnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Pengusutan Tragedi Kanjuruhan Tuntas dalam Sebulan, Bentuk Tim Pencari Fakta

"maksud saya ya yaudah diselidiki aja.. karna yang salah memang banyak pihak, gak cuma 1 aja.. jangan malah pake gerakan aneh gini, asli aneh," tambahnya.

Menurut pemilik akun @almertarandha, rekaman suara yang diduga sengaja dikirim pihak kepolisian untuk menghalau opini publik terkait tragedi Kanjuruhan itu dikirim ke nomor WhatsApp secara acak.

Bahkan menurutnya, nomor WhatsApp yang digunakan merupakan nomor bekas yang sudah lama kadaluwarsa.

Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, 10 Anggota Polisi Dicopot, Berikut Daftarnya

Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Ainun Nadjib juga mengeluhkan hal yang sama.

Melalui akun Twitter pribadinya, Ainun Nadjib mengaku mendapatkan chat WhatsApp dan link TikTok mengenai rekaman suara yang sama.

Karenanya, ia merasa skeptis ketika orang yang mengaku sebagai penjual di depan Stadion Kanjuruhan menggunakan aksen yang berbeda.

"Saya dapat forwardan voice note dan link ke TikTok ber-audio yang sama.

Langsung skeptis ketika suara (yang katanya penjual warung di stadion Malang) menyebut “polisi dari Batu” dengan ucapan BBatu bukan mBatu," tuturnya melalui akun Twitter @ainunnajib pada Senin, 3 Oktober 2022.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan: Viral Polisi Gunakan Buzzer Lewat Chat WhatsApp, Cuci Tangan Soal Gas Air Mata?

Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah rekaman suara tersebut sengaja dikirimkan buzzer untuk menghalau opini publik terkait penggunaan gas air mata oleh polisi di tragedi Kanjuruhan.

Penggunaan gas air mata dilarang FIFA, Polisi tuai kritik dari media internasional

Tragedi Kanjuruhan telah menjadi pemberitaan internasional. Banyak pihak, terutama klub-klub sepakbola dunia yang ikut berduka atas insiden ini.

Baca Juga: Bela sungkawa dan Empati Korban Tragedi Kanjuruhan, Presiden Jokowi Beri Santunan Rp50 Juta

Penggunaan gas air mata oleh polisi juga banyak disorot media asing seperti The Guardian.

Mereka mengkritik sikap polisi yang dinilai over reaktif dan menembakan gas air mata ke arah penonton.

Pasalnya, FIFA sendiri telah melarang keras penggunaan gas air mata dalam pengamanan pertandingan sepak bola.

Hal ini tertuang dalam regulasi FIFA Bab III tentang Stewards, Pasal 10 soal Steward di pinggir lapangan.

Baca Juga: Ingatkan Polisi di Stadion Kanjuruhan Agar Tak Pakai Gas Air Mata, Supporter Arema Diusir dari Lapangan

Selain itu, Amnesti Internasional mengatakan, ppaaran gas air mata bisa menyebabkan sensasi terbakar serta memincu mata berair, batuk, sesak dada, gangguan pernapasan, dan iritasi kulit.

Karenanya, tak heran apabila penggunaan gas air mata oleh polisi diduga sebagai faktor utama banyaknya korban meninggal di tragedi Kanjuruhan.***

Editor: H Prastya


Tags

Terkait

Terkini

x