"Yang saya berfikir adalah orang ini pada saat melakukan itu, terjadi perubahan psikologis mendadak. Mungkin dia minum obat atau kesambat, (gak mungkin dalam keadaan) ordinary," ucapnya.
Ia menjelaskan, untuk melakukan profiling terhadap psikologis seseorang, hal ini bisa dilakukan melalui alat komunikasi.
Namun, lagi-lagi kejanggalan ditemukan dari komunikasi Brigadir J dengan keluarga.
Baca Juga: Bintang-bintang Berguguran, Kapolri Copot Irjen Pol Ferdy Sambo dan Brigjen Hendra Kurniawan
Baca Juga: Terungkap, Banyak Pelanggaran Peraturan Kapolri Sejak Awal Penanganan Kasus Brigadir J
Hanya berselang beberapa jam sebelum kejadian, Brigadir J mengaku kepada keluarga bahwa dirinya disayang oleh keluarga Ferdy Sambo.
"Jadi yang saya lihat, ini ada yang ganjil. Dan juga biasanya tindakan pelecehan seksual kan (dilakukan) dari orang yang posisinya tinggi kepada bawah, subordinatif. Ini tidak. Jadi ya saya bilang ini ada keanehan, makanya saya bilang dua, TGFP (Tim Gabungan Pencari Fakta) dan nonaktif (Ferdy Sambo)," ujarnya.
Meski menurut Sugeng saat ini TGPF telah dibentuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berupa tim khusus (Timsus) untuk mengusut kasus Brigadir J, tetapi tim tersebut sifatnya hanya koordinatif.