KLB Demokrat Akan Mencalonkan Moeldoko Sebagai Capres 2024, Prof Salim Said Terheran-heran

13 Maret 2021, 12:26 WIB
Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko. /Foto: Instagram @dr_moeldoko/


SEPUTARTANGSEL.COM - Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Moeldoko dikabarkan akan maju sebagai calon presiden pada 2024 nanti.

Hal ini mendapat tanggapan dari Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pertahanan Indonesia Prof Salim Haji Said. Menurutnya, menjadi presiden bukan hanya faktor partai saja, melainkan ada banyak faktor.

Salim Said sapaan akrabnya, seakan meragukan Moeldoko akan terpilih menjadi presiden, meski didukung Partai Demokrat.

Apalagi, jabatan Ketua Umum yang dimiliki oleh Moeldoko dihasilkan dengan cara menggulingkan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY yang merupakan Ketua Umum Partai Demokrat yang sah.

Baca Juga: Semakin Memanas, Prancis Kirimkan Kapal Perang ke Laut Natuna Utara, Membantu Amerika?

Baca Juga: Ada Patung Yuri Gagarin di Taman Kota Mataram yang Mulai Dibuka Hari Ini

"Lalu dikatakan (di tengah kekisruhan Partai Demokrat) Moeldoko calon presiden (capres) waktu rapat di Sibolangit (saat KLB). Bagaimana mau jadi presiden?" kata Salim Said dikutip dari kanal YouTube Karni Ilyas Club, Sabtu 13 Maret 2021.

Dia mencontohkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat terpilih menjadi presiden, bahwa terpilihnya SBY tidak serta merta karena Partai Demokrat.

"Ada faktor-faktor lain yang memungkinkan Pak SBY menjadi presiden," ungkapnya.

Kendati begitu, Prof Salim Said memandang bila SBY menjadi presiden legal formalnya karena dari Partai Demokrat sehingga ini penting untuk diketahui.

Baca Juga: Catat, 3 Daerah Wisata di Bali Ini Siap Jadi Kawasan Bebas Covid-19

Baca Juga: Prabowo Punya Peluang Jadi Presiden pada 2024, Elektabilitasnya Tertinggi, Musuh Beratnya Anies Baswedan?

Prof Salim Said menuturkan, ada hal yang menarik yang terjadi di Indonesia. Pasalnya, tak seorang pun mantan Panglima TNI atau jenderal bintang 4 setelah reformasi berhasil menjadi presiden.

"Wiranto tidak, Prabowo yang bintang 3 juga tidak. Dari track record itu, sulit membayangkan Pak Moeldoko yang bukan orang partai, ga punya partai, tidak punya pengalaman politik, ujug-ujug jadi calon presiden kalau didukung hanya Partai Demokrat," katanya menjelaskan.

Lebih lanjut Prof Salim Said pun mengaku heran dengan apa yang saat ini diributkan Partai Demokrat antara kubu Moeldoko dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Maka saya mau menyatakan keheranan saya apa sih yang diributkan orang orang ini. Partai Demokrat itu sudah merosot," tuturnya.

Baca Juga: Sambut Hari Raya Nyepi, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Mulai Ditutup Esok Hari

Baca Juga: Hati-hati, Kini Virtual Police Bisa Pantau Percakapan di Aplikasi WhatsApp, Ujaran Kebencian Bisa Dilaporkan

Prof Salim pun kembali menegaskan pandangannya bila SBY saat menjadi Presiden tidak melulu karena Partai Demokrat.

Selain itu, tambah Prof Salim Said, tidak mungkin logikanya SBY mewariskan kekuasan itu kepada putranya dengan harapan mengulangi kesuksesan.

"Jadi tidak perlu ditakutkan. Bahkan ada yang mengatakan Partai Demokrat on the way out, exit. Kalau begitu kenapa Moeldoko mau terlibat disitu?" katanya.

Prof Salim Said menilai kekisruhan di internal partai politik pernah terjadi di PDI. Bedanya, kisruh PDI kala itu antara kader internal.

"Yang menarik Pak Moeldoko bukan orang Partai Demokrat. Kini posisi Moeldoko ada di posisi penting sebagai KSP (Kepala Staf Presiden)," tuturnya.

Prof Salim Said juga turut menyinggung pernyataan Presiden Jokowi yang sempat menyampaikan bila kekisruhan Demokrat ini masalah internal.

Artikel ini telah tayang di Pikiran Rakyat dengan judul: Moeldoko Disiapkan Jadi Capres Versi KLB Demokrat, Guru Besar UI: Sulit Membayangkan

Baca Juga: Hati-hati, Vaksin Covid-19 Diduga Palsu Dijual Bebas di Deep Web, Segini Harganya

"Kan Pak Moeldoko bukan internal Demokrat?. Beliau itu adalah pejabat tinggi di sekitar Presiden. Ini semua menurut saya tidak mudah merumuskan apa yang sebenarnya terjadi,. Kalau kita tidak mengerti elemen-elemen ini, faktor ini, faktor itu, sulit kita mengambil keputusan," katanya.***(Pikiran Rakyat /Dila Nashear)

Editor: Muhammad Hafid

Tags

Terkini

Terpopuler