KNKT Beri Kesimpulan Sementara, Ternyata Ini Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182

10 Februari 2021, 23:13 WIB
KNKT Jelaskan Penyebab Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 /Antara /

SEPUTARTANGSEL.COM – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Rabu 9 Februari menjelaskan temuan awal tentang jatuhnya pesawat Sriwijaya Air AJ 182.

Pesawat Sriwijaya Air AJ 182 dilaporkan hilang kontak dan tidak berkomunikasi sekitar jam 14.39 pada 9 Januari 2021. Beberapa jam kemudian, pesawat dilaporkan jatuh di Perairan Kepulauan Seribu.

Kecelakaan menewaskan 6 awak dan 46 penumpang pesawat.

Baca Juga: Wonosobo Longsor, Jalur Wisata Dieng Ditutup

Baca Juga: Masya Allah, Uni Emirat Arab Jadi Negara Ke-5 Pengunjung Planet Mars

Setelah satu bulan, tepatnya Rabu 10 Februari 2021 KNKT mengungkap kesimpulan sementara penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182.

Dilansir SeputarTangsel.Com dari Antara, kronologi kecelakaan dijelaskan secara singkat.

Pada pukul 14.38 pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara, ATC Airnav Indonesia menerima permintaan dari pilot untuk berbelok 075 derajat karena kondisi cuaca.

Baca Juga: Hidayat Nur Wahid Minta Jokowi Usulkan DPR Ubah Pasal Karet UU ITE, Ferdinand Hutahaean Malah Singgung PKS

Baca Juga: Dukung PPKM Skala Mikro, Pangdam Jaya Lakukan Beberapa Langkah Ini

Namun, karena ada pesawat lain di jalur yang sama ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki.

Selang 1 menit kemudian, di ketinggian 10.600 kaki dan posisi 046 derajat pesawat belok ke kiri.

Kemungkinan, saat itu pesawat sudah mengalami kerusakan.

Waktu menunjukkan pukul 14.39 ketika ATC memerintahkan pesawat naik ke ketinggian 13.000 kaki.

Baca Juga: Hasil Kunjungan ke Wuhan China, WHO Paparkan Penyebab Utama Tersebarnya Virus Corona

Baca Juga: Bulan Ramadhan Belum Tiba, Muhammadiyah Sudah Tetapkan Awal Ramadhan Jatuh Tanggal 13 April 2021

Ternyata hal itu merupakan komunikasi terakhir ATC dengan pesawat.

Diketahui pesawat mengalami dua masalah.

Ada dua anomali yang ditemukan.

“Saat ini memang yang kita ketahui autothrottle yang kiri bergerak mundur. Apakah ini rusak, kami belum tahu, karena dua-duanya menunjukkan sikap berbeda,” ujar Ketua Sub Komite Investigasi KNKT Captain Nurcahyo Utomo dalam Konferensi Pers.

Baca Juga: Bulan Ramadhan Belum Tiba, Muhammadiyah Sudah Tetapkan Awal Ramadhan Jatuh Tanggal 13 April 2021

Baca Juga: Klenteng Boen Hay Bio, Tak Bisa Lepas dari Budaya Cina Masyarakat Tangsel

Nurcahyo Utomo menjelaskan bahwa pada kondisi ini diperkirakan kedua autothrottle  mengalami anomali.

"Dua-duanya mengalami anomali. Yang kiri mundur terlalu jauh dan yang kanan tidak bergerak,” tambah Nurcahyo Utomo.

Dalam investigasi diketahui, bahwa ada dua perbaikan yang sebelumnya dilakukan.

Pertama, baru pada tanggal 4 Januari 2021 penunjuk kecepatan atau Airspeed Indicator sebelah kanan diganti.

Baca Juga: Wabah Covid-19 Belum Usai Muncul Virus Babi Afrika Meningkat di Hongkong

Baca Juga: Catat! Begini Aturan Baru Berpergian Dalam Negeri Selama Masa Pandemi Covid -19

Kedua, sehari sebelumnya autothrottle juga mengalami kerusakan. Bagian tuas pengatur gerakan tidak berfungsi.

Pada tanggal 4 Januari perbaikan belum berhasil sehingga dimasukkan dalam deffered maintenance item (DMI) sebagai penundaan perbaikan.

Baru ditanggal 5 Januari perbaikan berhasil dituntaskan dan dilaporkan dalam kondisi baik.

Sejak tanggal tersebut sampai sebelum pesawat lepas landas tidak ada catatan DMI lagi.

Baca Juga: Aturan Baru Bagi WNA yang Hendak Masuk ke Indonesia Diperketat, Begini Penjelasannya

Baca Juga: Dianggap Meresahkan, Kominfo Blokir Situs TikTok Cash

Nurcahyo Utomo menegaskan bahwa kecelakaan bukan karena cuaca.

Sudah diketahui ada anomali di kedua autothrottle.

Alat ini terhubung dengan 13 komponen mesin pesawat.

KNKT masih melakukan investigasi mendalam bagian yang bermasalah.

Baca Juga: Perbaikan Jalur di Stasiun Semarang Selesai, Kereta Api Bisa Beroperasi Lagi

Baca Juga: Crazy Rich PIK Ikut Vaksinasi Covid-19, dr Tirta: Saya Keberatan dan Ajukan Protes

"KNKT sudah mengirim komponen pesawat ke pabrikan, termasuk di dalamnya ground proximity warning system investigasi," tutup Nurcahyo Utomo. ***

Editor: Tining Syamsuriah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler