PBB Mengutuk Kekerasan di Myanmar yang Makin Luas dan Tuduhan Suap terhadap Suu Kyi

- 13 Maret 2021, 13:38 WIB
Massa berkumpul di depan kantor PBB di Bangkok, Thailand, memperingati korban tewas dalam aksi unjuk rasa berdarah di Myanmar menolak kudeta junta militer.
Massa berkumpul di depan kantor PBB di Bangkok, Thailand, memperingati korban tewas dalam aksi unjuk rasa berdarah di Myanmar menolak kudeta junta militer. /Foto: Reuters/Athit Perawongmetha/

Selain itu, satu orang lagi tewas di distrik North Dragon, Yangon. Kota terbesar di Myanmar.

Baca Juga: Catat, 3 Daerah Wisata di Bali Ini Siap Jadi Kawasan Bebas Covid-19

Baca Juga: Prabowo Punya Peluang Jadi Presiden pada 2024, Elektabilitasnya Tertinggi, Musuh Beratnya Anies Baswedan?

Dengan demikian, diperkirakan lebih dari 60 orang telah terbunuh sejak 1 Februari 2021.

Badan Amnesty International yang sudah berada di Myanmar selama beberapa waktu mengatakan, Junta Myanmar menggunakan senjata perang untuk menghadapi warga sipil yang berunjuk rasa.

Hal tersebut dipertontonkan di Facebook dan berbagai media sosial lain, di mana terlihat seorang laki-laki yang tergeletak di jalan dengan kepala bersimbah darah.

Baca Juga: Sambut Hari Raya Nyepi, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Mulai Ditutup Esok Hari

Baca Juga: Hati-hati, Kini Virtual Police Bisa Pantau Percakapan di Aplikasi WhatsApp, Ujaran Kebencian Bisa Dilaporkan

Pada Rabu, 10 Maret 2021 diketahui tentara mengepung dan menangkap 20 orang warga sipil dan pelajar yang berdemonstrasi. Sehari sebelumnya, tentara juga menggerebek rumah pekerja kereta api di daerah Mingalar Taung.

Diketahui, para pekerja kereta api juga termasuk di antara warga yang melakukan pembangkangan sipil dan pemogokan massal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menurunkan kegiatan ekonomi.

Halaman:

Editor: Tining Syamsuriah

Sumber: The Guardian


Tags

Terkait

Terkini