SEPUTARTANGSEL.COM - Ketegangan hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) di Laut Natuna Utara semakin menegang.
Babak baru dimulai ketika kapal perusak kelas Arleigh Burke, USS John Finn, dikabarkan telah berlayar menyusuri selat Taiwan pada Rabu, 10 Maret 2021.
Kabar ini hadir saat AS dan China tengah melakukan rencana pembicaraan tingkat senior untuk membahas terkait ketegangan di kawasan Laut Natuna Utara minggu depan.
Beijing merasa kesal lantaran kehadiran kapal itu dianggap sebagai "provokasi" yang telah mengganggu stabilitas di kawasan tersebut.
Kekesalan Beijing diungkapkan oleh Zhang Chuncui, selalu Kolonel Senior dari Tentara Pembebasan Rakyat.
"Bagian Kapal AS telah mengirimkan pesan yang salah," kata Zhang dalam pernyataannya, dikutip SeputarTangsel.com dari Express pada Jumat, 12 Maret 2021.
Baca Juga: Kementerian Kesehatan Gelar Vaksinasi Covid-19 Lansia di ICE BSD, Kuota Terbatas!
Baca Juga: Habib Rizieq Trending di Twitter, Netizen Ramai-ramai Soroti Sikapnya di Rutan Bareskrim Mabes Polri
"Upaya seperti itu tidak hanya akan mengganggu keadaan regional. Tapi, juga bisa membahayakan stabilitas di Selat Taiwan. Oleh karena itu, kami tegas akan melawan," lanjut Zhang memberikan peringatan.
Bukan hanya itu saja, tindakan angkatan AS itu dinilai telah sengaja merusak perdamaian.
Di sisi lain, Armada Ketujuh AS mengungkapkan bahwa kapal perang fregat itu merupakan bagian dari Theodore Roosevelt Carrier Strike Group, yang memang bertugas di wilayah operasi armada.
Armada Ketujuh AS juga menuturkan adanya transit kapal melalui Selat Taiwan itu pertanda adanya komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Kendati demikian, Militer AS secara tegas menyatakan akan tetap berlayar, melintasi melalui udara, dan beroperasi di wilayah yang telah diizinkan oleh hukum internasional.
Seperti yang telah diketahui, China telah berulang kali menyatakan klaim bahwa Taiwan merupakan bagian dari "Kebijakan Satu Tiongkok (One-China policy)".
Baca Juga: BPOM Ungkap Vaksin Nusantara Tidak Sesuai Kaidah Penelitian, Ini Sebabnya
Akibat rencana untuk menyatukan kembali Taiwan dengan China itu, kini telah mendapatkan serangan melalui wilayah perairan dan wilayah udara di Taiwan.
Laksamana Philip Davidson yang merupakan Komandan Komando Indo-Pasifik AS memperingatkan bahwa Taiwan kemungkinan dapat diserang dalam waktu enam tahun kedepan.
"Saya khawatir China mempercepat gerakan ambisinya untuk merebut peran kepemimpinan AS dalam tatanan dunia internasional pada tahun 2050," kata Philip dalam pernyataan saat sidang pada Selasa, 9 Maret 2021.
Baca Juga: Sadikin Aksa, Keponakan Jusuf Kalla Tersangka Kasus Bank Bukopin
Baca Juga: Virtual Police Patroli di Medsos, Sebanyak 79 Akun Dapat DM
Philip juga meyakini jika Taiwan menjadi salah satu daftar ambisi China sebelum benar-benar mengambil alih dunia. Dan hal ini merupakan sinyal ancaman terbesar bagi AS.***