Derita Warga Palestina di Tanah Sendiri, Ditindas Pemukim Liar Israel

13 Januari 2021, 19:20 WIB
Khalil Haraini (78), petani warga Palestina korban kekejaman para pemukim Susya dan Mitzpeh Yair /Foto: Haaretz/Alex Levac/

SEPUTARTANGSEL.COM - Khalil Haraini adalah seorang petani berumur 78 tahun tinggal di sebuah gua Di Wadi Rahim, kota Yatta Palestina bersama dua anaknya. Lahan seluas dua hektar miliknya ia tanami gandum dan jelai.

Lebih dari dua tahun yang lalu, Michal Peleg, penulis dan aktivis dari Ta'ayush, organisasi persekutuan Arab dan Yahudi, menulis bagaimana ia dan kawannya diserang oleh para pemukim Mitzpeh Yair, yang tak jauh dari lahan milik Khalil.

Para pemukim yang mengenakan pakaian dan aksesoris ibadah Yahudi itu menekuk tangannya dan merenggut kameranya.

Baca Juga: Arif Budiman Dipecat dari Ketua KPU Dianggap Tidak Bisa Menempatkan Diri

Baca Juga: Ribuan Vaksin Sudah Tiba di Tangerang Selatan Hari ini, Dinkes Siap Menyalurkan 

Salah satu dari mereka mendorongnya dan berusaha memukulnya. Seorang wanita datang dan berteriak "Matilah, pelacur!"

Kejadian serupa juga dialami oleh Khalil dan keluarganya tiga minggu lalu di saat sedang mengerjakan lahannya, yang sedang mereka kelola di tengah teror dari para pemukim, medan yang keras, dan terbatasnya air dan listrik.

Tak jauh dari tempat ini, pada hari Jum'at 8 Januari 2021 kemarin, di sebuah dusun di Khirbet al-Rakiz, seorang pemuda bernama Harun Abu Aram kritis setelah tentara Israel menembaknya di leher.

Dikutip SeputarTangsel.Com dari Haaretz pada Selasa 12 Januari 2021, Harun ditembak karena menolak penyitaan  mesin generatornya.

Baca Juga: Komjen Listyo Sigit Prabowo Ditunjuk Jadi Calon Tunggal Kapolri oleh Jokowi, Begini Prestasinya

Baca Juga: CEK FAKTA: Video Transkrip Percakapan Pilot dan Co-Pilot Sriwijaya Air SJ 182

Mahmoud Haraini, anak Khalil yang berprofesi sebagai pekerja konstruksi juga menjadi salah satu korban luka parah dari serangan para pemukim Susya dan Mitzpeh Yair, yang sering menggembalakan domba di lahan mereka dan menyerang dari atas kuda dan kendaraan off-road.

Namun, 18 Desember 2020 menjadi hari yang berat bagi keluarga Khalil.

Sekitar jam 10 pagi di hari Jum'at itu, Khalil memperhatikan seorang pemukim yang mereka kenal bernama Yosef dari Mitzpeh Yair menggembalakan dombanya di lahannya.

Berharap untuk menghentikannya, Khalil bertanya, "Kenapa kamu menggembalakan kambing di lahanku?"

Baca Juga: Ketua KPU Arief Budiman Diberhentikan dari Jabatannya oleh DKPP, Kenapa?

Baca Juga: Meski Memiliki Dosis yang Sama, Jenis Vaksin Covid-19 Memiliki Rentan Waktu Penyuntikkan Berbeda

Tak lama kemudian sekitar sepuluh pemukim bergegas keluar dari belakang bukit, bersenjatakan pistol, senapan, tongkat, kapak, dan rantai besi. Salah satunya menyerang petani tua tersebut, menjatuhkannya ke tanah.

Khalil pun tertegun. Para pemukim itu lalu memukulnya dengan tongkat mereka. Kedua anak Khalil dengan cepat memberitahukan Nasser Nawaj'ah, peneliti lapangan organisasi hak asasi manusia Israel B'Tselem yang juga penghuni salah satu gua setempat, yang segera memanggil tentara dan kepolisian.

Para petani dan keluarganya paling takut dengan Yaakov dari Susya, pemukim yang paling mengancam yang juga menyerang mereka. Mereka juga takut dengan Moshe dari Mitzpeh Yair. Keluarga itu juga punya foto semua pelaku kekerasan tersebut.

Aparat keamanan Israel datang satu jam kemudian. Para pemukim penyerang Khalil telah melarikan diri, dan para aparat langsung mengusir warga Palestina dari tanahnya sendiri. Khalil dibawa ke rumah sakit di kota Yatta, di mana ia dirawat.

Baca Juga: Presiden, Menteri, Pejabat Publik hingga Influencer Sudah Divaksin, Masyarakat Kapan?

Baca Juga: Kevin Sanjaya Berlatih Kembali Setelah Hasil Tes PCR Dinyatakan Negatif, Begini Detailnya

"Dia orang yang kuat," kata anaknya Mohammed, imam masjid kota Yatta.

Esoknya, Sabtu 19 Desember 2020 keluarga itu kembali bekerja di lahannya. Kali ini ada sekitar belasan orang, salah satunya dari kota Yatta, yang datang untuk menolong dan melindungi Khalil.

Sekitar satu setengah jam kemudian tiba-tiba mereka melihat sebuah drone yang ternyata sedang memotret mereka, yang digunakan para pemukim untuk mengawasi warga Palestina. Langkah ini didorong dan didanai oleh pemerintah Israel.

Di salah satu kunjungan wartawan Haaretz di lokasi, terlihat seseorang mengenakan pakaian Kippa mengoperasikan drone di atas ladang dan bangunan keluarga Khalil.

Baca Juga: Pemilik Grab Toko Indonesia, Yudha Manggala Putra Akhirnya Ditangkap Mabes Polri Karena Penipuan

Baca Juga: Alhamdulillah, BST Rp300 Ribu Cair Hari Ini, Yuk Cek Rekening

10 menit setelah para petani mengetahui keberadaan drone di hari itu, para pemukim dari Mitzpeh Yair dan Susya datang. Kali ini mereka lebih keras.

Mereka membawa batu dan melemparnya ke arah para petani dan juga memukul warga Palestina. Salah satu pemukim menghampiri Mahmoud, usia 17 tahun, dan melempar batu ke arah wajahnya dari jarak satu meter. Seketika telinga kiri Mahmoud terluka dan berdarah.

Dua batu mengenai kaki dan dahi Aamar, polisi Otoritas Palestina, yang sedang tidak berseragam dan tidak dalam tugas.

Setelah itu para pemukim bergerak ke arah gua dan struktur batu yang berdiri di ujung lahan, yang menjadi tempat mereka menembak dengan senapan M-16 ke arah kaki para petani untuk menakuti mereka.

Baca Juga: Anggota DPR Sebutkan Kriteria Calon Kapolri, Komjen Listyo Sigit Prabowo?

Baca Juga: Komjen Listyo Sigit Prabowo Ditunjuk Jadi Calon Tunggal Kapolri oleh Jokowi, Begini Prestasinya

Seorang pemukim lainnnya menyerang Mohammed dari belakang dan menendangnya. Yaakov yang membawa pistol menjadi pemimpin serangan itu, menurut para saksi.

Para petani mencoba melindungi diri mereka dan melempar balik batu kepada para pemukim untuk mengusir mereka dari lahannya. Tentara dan polisi kembali dipanggil dan mencoba melerai perkelahian, namun tanpa menahan para penyerang.

Beberapa pemukim pergi meninggalkan lokasi, namun Yaakov tetap tinggal bersama para tentara. Ia mengancam para petani agar tidak kembali bekerja di lahan, yang ia klaim adalah miliknya.

Lalu ia mengendarai kendaraan off-roadnya dan merusak tanah yang sudah dibajak, sembari salah satu temannya merekamnya.

Baca Juga: Terima Vaksinasi Covid-19 Perdana, Presiden Jokowi Tetap Jalani Screening Sebelum Disuntik

Baca Juga: Ibu Hamil dan Balita Dapat Bantuan PKH Rp3 Juta, Simak Cara dan Syaratnya

Ia melakukannya untuk membuktikan bahwa ia adalah pemilik lahan itu, meskipun pada kenyataannya bukan. Yaakov terkadang datang menaiki kuda atau dengan ATV, dan lalu pergi.

Telinga kiri Mahmoud dirawat di rumah sakit Yatta. Ia masih melakukan cek medis, dan pendengarannya masih belum pulih secara keseluruhan.

Namun insiden itu tak sampai di sini. Hari berikutnya, sekitar enam atau tujuh orang kembali datang ke lahan, salah satunya adalah Khalil. Lagi-lagi para pemukim mengirim salah satu penggembalanya.

 

Ketika para petani mengusirnya dengan teriakan, para pemukim mengajak kawan-kawannya. Sekitar 20 orang datang menyergap dari bukit, kali ini bertopeng, membawa senjata api dan senjata tak mematikan lainnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Lakukan Vaksinasi Covid-19 Perdana di Istana Negara: Tidak Terasa Sakit

Baca Juga: Jadi Perwakilan Generasi Muda, Raffi Ahmad Diundang Ke Istana untuk Jalani Vaksinasi Pertama

Lagi-lagi terjadi pertukaran lemparan batu dan umpatan, dan lagi-lagi tentara dipanggil untuk datang. Kejadian ini berakhir lagi dengan dilerainya kedua pihak, yang seakan-akan kejadian diperlakukan seperti perkelahian biasa saja.

Untungnya, kali ini tidak ada satupun yang terluka.

Ketika ditanya apakah ia takut, "Tentu kami takut," jawab Mohammed sang imam. "Mereka bersenjata dan didukung tentara dan mereka sangat keras. Saya bangga akan ayah saya yang pergi ke ladang, namun saya juga sangat khawatir padanya dan pada dua saudara saya yang tinggal bersamanya."

Sedangkan Mahmoud yang masih muda berkata bahwa ia tidak takut. Namun sepupunya Aamar langsung mengoreksinya.

Baca Juga: Ibu Hamil Dapat Dana Bantuan PKH Rp3 Juta, Ini Syaratnya

Baca Juga: Komjen Listyo Sigit Prabowo Diisukan Jadi Kapolri, KH Ahmad Sadeli: Tolong Presiden Bijaklah

"Kenapa kamu bilang tidak takut? Kita semua takut. Suatu hari nanti Zoharan (kriminal, istilah untuk pemukim) akan membunuh salah satu dari kita," ujar Aamar.

Sepupu lainnya, Thaar Haraini, yang berumur akhir 30-an dan berkunjung dari rumahnya di Jerusalem timur menambahkan, "Kamitanpa perlindungan. Kami dikelilingi oleh para pemukim kriminal dan tidak ada yang melindungi kami."

"Sudah waktunya untuk organisasi Internasional untuk melindungi kami. Ini adalah kebijakan yang sengaja dari pemerintah, untuk menutup mata mereka dan mengizinkan serangan-serang ini pada kami, agar mengusir kami dari tanah kami untuk merampasnya dan memindahkannya ke para pemukim," kata Thaar.

"Selama 78 tahun ia (Khalil) tinggal di sini," kata Mohammed, "Dan tiba-tiba pemukim muda yang orang tuanya dari Amerika dan Rusia datang dan menginginkan ia untuk pergi dari tanahnya," tambahnya. ***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler