China Boikot, Karena Nike dan H&M Soroti Pelanggaran HAM

26 Maret 2021, 12:45 WIB
Ilustrasi /Sumber: Pixabay / Gordon Johnson /

SEPUTARTANGSEL.COM – Dua bintang televisi China telah memutuskan untuk mengakhiri hubungan kerja sama dengan perusahaan Nike.

Pemutusan kerja sama itu terjadi lantaran pernyataan perusahaan Nike yang khawatir atas adanya kerja paksa yang dialami oleh muslim Uighur di Xinjiang.

Perusahaan H&M juga dilanda seruan boikot oleh pihak China.

Baca Juga: Ratusan Kapal China Memasuki Perairan Filipina, Duterte Prihatin atas Sikap China

Baca Juga: Situasi Global Makin Menghangat, Pangdam Udayana: Tugas TNI Mempertahankan NKRI

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk reaksi keras terhadap perusahaan-perusahaan Barat yang berpartisipasi mengomentari isu-isu hak asasi manusia atau HAM di negeri tirai bambu itu.

Wang Yibo dan Tan Songyun yang merupakan bintang TV China mengatakan bahwa mereka akan segera mengakhiri kerja sama dengan semua kemitraan promosi bersama Nike.

Keputusan itu tampaknya secara matang diambil setelah beredarnya pernyataan Nike beredar di media sosial. Adapun pernyataan tersebut berisikan bahwa pihaknya sangat prihatin dengan tuduhan kerja paksa oleh China.

Baca Juga: Majukan Industri Alas Kaki, Ini Upaya Kementerian Perindustrian

Baca Juga: Gelar Pemungutan Suara Ulang Pilkada, Polri Pastikan Siap Kawal

"Kami prihatin dengan laporan kerja paksa yang berada di daerah Xinjiang," tulis Nike dalam pernyataannya.

Namun, Nike tidak segera menanggapi komentar terkaif laporan itu.

Langkah yang dilakukan itu telah mengundang badai kemarahan di media sosial China, yang telah dikontrol secara ketat oleh pemerintah, kepada Nike atas pernyataannya tahun lalu.

Baca Juga: Gelar Pemungutan Suara Ulang Pilkada, Polri Pastikan Siap Kawal

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Usai, Di Eropa Timur Rumah Sakit Mengalami Tekanan Luar Biasa

"Kami dengan tegas sangat menentang perilaku buruk yang telah mencoreng nama baik dan membuat isu tidak benar tentang China," kata Manajer Tan.

Pembalasan nyata itu juga dibuktikan dengan lenyapnya label H&M dari layar situs online perbelanjaan utama China. Seperti dikutip dari Al Jazeera pada Jumat, 26 Maret 2021.

Dengan demikian, reaksi tersebut menyebabkan perusahaan raksasa Swedia itu tidak lagi bisa mengambil kapas dari Xinjiang sebagai bahan baku utama pembuatan produknya.

Baca Juga: Jelang Olimpiade Jepang, Korea Utara Luncurkan Dua Rudal

Baca Juga: Kapal Asing Marak Mencuri Ikan, DPR Kebut RUU Keamanan Laut

Hal ini dikarenakan Xinjiang merupakan salah satu daerah penghasil kapas terbesar di dunia yang berperan besar dalam dunia industri Barat.

Perusahaan Nike dan H&M diketahui telah secara bersamaan membuat pernyataan keprihatinan terhadap penindasan Muslim Uighur pada tahun lalu.

Namun, kritikan itu memuncak hanya pada saat negara-negara Barat telah kompak untuk menjatuhkan sanksi ke beberapa pejabat senior China atas adanya dugaan pelanggaran HAM.

Baca Juga: Kapal Asing Marak Mencuri Ikan, DPR Kebut RUU Keamanan Laut

Baca Juga: Cekcok Perkara Rumah Tangga, Suami di Bekasi Tusuk Istri

China yang tidak terima lantas membalas dengan aksi balas dendam, sedangkan perang kata-kata masih terus berlanjut antara Beijing dengan beberapa negara Eropa.

Dalam postingan akun Twitter, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying telah menuduh beberapa pihak yang tengah berusaha untuk menemukan kerja paksa dan penindasan. Padahal sama sekali tidak dapat dibuktikan.

"Sedangkan penindasan itu merupakan apa yang telah mereka perbuat selama lebih dari satu abad lamanya," tulis Hua Chunying dalam pernyataannya di akun Twitter @spokespersonCHN pada Kamis, 25 Maret 2021.

Baca Juga: Cekcok Perkara Rumah Tangga, Suami di Bekasi Tusuk Istri

Baca Juga: Kebakaran Hebat di Pemukiman Padat Matraman Pagi Ini, 10 Orang Tewas

Namun, tokoh penting itu tidak secara langsung menyebutkan daerah Xinjiang.

Media pemerintah China tidak serta merta berdiam diri atas tuduhan itu. Pada Rabu, 24 Maret 2021, media pemerintah China mengecam keras apa yang mereka katakan sebagai kebohongan ataupun adanya motif tersembunyi.

Sementara itu, sebuah toko perbelanjaan di kota Urumqi di Xinjiang telah menuntut dan mendesak permintaan maaf dari perusahaan pada Kamis, 26 Maret 2021.

Baca Juga: Demonstran Thailand Menuntut Reformasi Monarki dan Pembebasan Para Pemimpin dari Penjara

Baca Juga: Facebook Blokir Peretas Yang Diduga Memata-Matai Uighur di Luar Negeri

Hasil penelusuran toko offline H&M juga telah hilang dari aplikasi peta Baidu.

H&M di China mengungkapkan tidak akan mewakili posisi politik dan tetap untuk berkomitmen dalam rangka investasi jangka panjang di negara itu.

Editor: Ignatius Dwiana

Tags

Terkini

Terpopuler