Apple Tahu Penyuplainya di China Pekerjakan Karyawan Bawah Umur

2 Januari 2021, 19:00 WIB
Ilustrasi Apple. /Foto: Pixabay/stevepb/

SEPUTARTANGSEL.COM - Sebuah laporan mengungkap keengganan Apple memutuskan tali kerjasama dengan penyuplai yang melanggar kebijakan etikanya.

Apple dikabarkan mengetahui perusahaan China Suyin Electronics, yang membuat beberapa bagian Macbook, mempekerjakan karyawan di bawah umur.

Meskipun Apple pada saat itu telah memberitahu Suyin untuk mengatasi masalah tersebut dan mengancam memutuskan kontrak, tiga bulan kemudian Apple menemukan pekerja tambahan dengan usia paling muda 14 tahun.

Baca Juga: Apa Benar Sekali Sembuh dari Covid-19 Bisa Kebal? Begini Kata Pakar

Baca Juga: Innalillahi, Seorang Pria Meninggal Dunia Saat Kerja Bakti di Masjid, Begini Kronologinya

Menurut laporan yang dirilis oleh The Information pada Kamis 31 Desember 2020, bukannya langsung memutus kontrak dengan Suyin karena melanggar kebijakan etika rantai pasokan - yang melarang pekerja anak dan yang diklaim Apple sebagai "standar tertinggi" - Apple malah terus melanjutkan kerjasama dengan perusahaan itu selama lebih dari tiga tahun.

Dikutip Seputartangsel.com dari Business Insider pada 1 Januari 2020, Apple tidak merespon permintaan komentar atas berita ini, dan Suyin tidak dapat dihubungi.

Sepuluh mantan anggota tim tanggung jawab penyuplai Apple memberitahukan The Information bahwa Suyin bukanlah satu-satunya insiden, dan Apple telah menolak atau dengan lambat berhenti melakukan bisnis dengan penyuplai yang berulang kali melanggar peraturan atau gagal meningkatkan keamanan lingkungan bekerja.

Baca Juga: FPI Didirikan Lagi, Habib Husin Alwi Shihab: Negara Wajib Melarang

Baca Juga: Ikut Uji Emisi Kendaraan, Mumpung Gratis. Ini Jadwal dan Lokasi Pelaksanaannya

Apple juga menolak memutus kerjasama dengan Biel Crystal, salah satu dari dua penyuplai layar iPhone - meskipun laporan keamanan kerja terus menerus buruk, kekhawatiran dari karyawan Apple, dan eksekutif Biel secara eksplisit mengakui kalau meningkatkan kualitas keamanan kerja tidak sepadan dengan yang didapatkan.

Eksekutif Biel itu menjelaskan, dengan meningkatkan keamanan kerja mereka mendapatkan lebih sedikit pekerjaan dari Apple - karena memutus pekerjaan hanya akan membuat mendapatkan pengaruh finansial yang lebih sedikit atas penyuplai yang tersedia, yaitu Lens Technology.

Biel tidak menjawab permintaan komentar.

Baca Juga: Ini Tampang 7 Buronan Tersangka Korupsi yang Masuk DPO KPK 2021

Baca Juga: Innalillahi, Dunia Perpolitikan Berduka, Hendropriyono: Telah Meninggal Dunia Sahabatku

The Washington Post melaporkan di awal tahun 2020 lalu Lens Technology sendiri bergantung pada ribuan pekerja paksa dari Uyghur, yang dipenjarakan oleh pemerintah China di kamp konsentrasi di Xinjiang.

Meskipun anggota parlemen Amerika Serikat telah mengajukan legislasi yang bertujuan mencegah perusahaan dapat menggunakan pekerja paksa Uyghur, Apple justru berupaya melemahkan rancangan tersebut, menurut laporan New York Times November 2020 lalu.

Baca Juga: Awas, Mulai 24 Januari Kendaraan Tak Lulus Uji Emisi, Segini Dendanya

Baca Juga: Meski Sudah Dilarang, Akun Media Sosial Front TV Masih Bisa Diakses

Apple membantah klaim tersebut, mengatakan kalau mereka "sedang tidak melobi" untuk melawan rancangan undang-undang, melainkan sedang "berdiskusi secara konstruktif" dengan para staf kongres.

Di bulan November, Apple juga dipaksa memutuskan hubungannya dengan pabrik iPhone terbesar kedua, Pegatron, setelah perusahaan itu diketahui melanggar peraturan buruh dengan mempekerjakan "pekerja siswa" yang pada prakteknya bekerja di luar jurusan kuliah yang diambil.***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler