SEPUTARTANGSEL.COM - Sejumlah mahasiswa yang menamakan diri sebagai Aliansi Gerakan 13 Oktober menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung Bupati Tangerang, Tigaraksa, Rabu, 13 Oktober 2021.
Dalam melaksanakan aksi demonstrasi itu, Aliansi Gerakan 13 Oktober menampilkan aksi teatrikal dengan membawa keranda dan kurungan buatan.
Koordinator Aksi Aliansi Gerakan 13 Oktober, Firmansyah mengatakan pihaknya menggelar aksi teatrikal untuk mengingatkan dan memberikan catatan terhadap pemangku kebijakan di Kabupaten Tangerang.
Baca Juga: Dibanting dan Diinjak Polisi, Mahasiswa Pengunjuk Rasa di Kabupaten Tangerang Kejang-kejang
"Kami hari ini datang, untuk memberikan catatan-catatan kepada kekuasaan," kata Firmansyah kepada awak media SeputarTangsel.Com, Rabu, 13 Oktober 2021.
"Ada persoalan-persoalan yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang," sambungnya.
Lebih lanjut, Firmansyah mengungkapkan ada empat catatan yang harus dibenahi oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Pertama, dia menilai Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 47 tahun 2018 tentang Pembatasan Jam Angkutan Tambang (Pasir, Batu, Tanah).
Catatan lainnya adalah persoalan kemiskinan, pengangguran, serta gelandang dan pengemis.
"Pertama, mandulnya Perbup nomor 47, kedua kemiskinan, ketiga pengangguran, keempat masalah gelandangan dan pengemis di Kabupaten Tangerang," ungkapnya.
Baca Juga: GMNI Demo PPKM Darurat, Tuntut Pemkab Tangerang Penuhi Kebutuhan Pokok Masyarakat
Dalam pantauan awak media SeputarTangsel.Com di lapangan, sejumlah mahasiswa Aliansi Gerakan 13 Oktober memainkan peran seolah sedang terkurung dalam kemiskinan dan pengangguran.
Sebagai informasi, dalam aksi demonstrasi tersebut terdapat beberapa sejumlah organisasi lainnya, seperti Himpunan Mahasiswa Tangerang (HIMATA) Banten Raya, dan Cipayung Plus (GMNI,HMI, IMM).***