Demonstrasi Menolak UU Ciptaker, IDI: 1-2 Pekan Lagi Bisa Ada Lonjakan Masif Covid-19

- 9 Oktober 2020, 11:09 WIB
Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Dr M Adib Khumaidi, SpOT.
Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Dr M Adib Khumaidi, SpOT. /Foto: Twitter@riabuchari//

SEPUTARTANGSEL.COM – Demonstrasi yang dilakukan oleh buruh, mahasiswa, dan pelajar di berbagai daerah untuk menolak Undang-undang (UU) Cipta Kerja menjadi kekhawatiran para tenaga medis.

Pasalnya, aksi demonstrasi yang terjadi belakangan ini berpotensi memunculkan klaster baru, sehingga memicu lonjakan Covid-19 di Tanah Air.

Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Dr M Adib Khumaidi, SpOT mengatakan, peristiwa demonstrasi mempertemukan ribuan, bahkan puluhan ribu orang yang sebagian besar tidak hanya mengabaikan jarak fisik namun juga tidak mengenakan masker.  

Baca Juga: Sedih, 16,6 Persen Rakyat Indonesia Tergolong Miskin di Akhir Tahun 2020

"Berbagai seruan nyanyian maupun teriakan dari peserta demonstrasi tersebut tentu mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menularkan virus terutama Covid-19," kata Adib dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat 9 Oktober 2020. 

Ditambah lagi, peserta demonstran banyak kemungkinan datang dari kota atau wilayah yang berbeda.  

"Jika terinfeksi, mereka dapat menyebarkan virus saat kembali ke komunitasnya," ujarnya.  

Baca Juga: Harga Emas Antam dan USB di Pegadaian Hari Ini, Jumat 9 Oktober 2020

Adib mengungkapkan, mengapa orang-orang terlibat untuk melakukan demonstrasi, bukan tugasnya sebagai tenaga kesehatan untuk menilainya.

"Dalam hal ini, kami menjelaskan kekhawatiran kami dari sisi medis dan berdasarkan sains, hal yang membuat sebuah peristiwa terutama demonstrasi berisiko lebih tinggi daripada aktivitas yang lain,” ungkap Adib.

Bahkan, menurutnya, diperkirakan akan terjadi lonjakan masif yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang.  

Baca Juga: Ramai Unjuk Rasa Menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja, Puan Minta Pemerintah Gandeng Buruh

Saat ini, ungkap Adib, para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sudah kelimpungan menangani jumlah pasien Covid-19 yang terus bertambah. 

Bahkan, selama pekan pertama Oktober 2020 sudah ada 5 dokter meninggal akibat Covid-19.  

"Sehingga total ada 132 dokter wafat akibat Covid. Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 68 dokter umum (4 guru besar), dan 62 dokter spesialis (5 guru besar), serta 2 residen," tuturnya.

Baca Juga: KSPI : Buruh Berunjuk Rasa Karena UU Cipta Kerja Tak Berikan Kepastian Kerja

Keseluruhan dokter tersebut berasal dari 18 IDI Wilayah (provinsi) dan 61 IDI Cabang ( Kota/Kabupaten).

Dokter yang meninggal berdasarkan data provinsi, Jawa Timur sebanyak 31 dokter, Sumatera Utara 22 dokter, DKI Jakarta 19 dokter, Jawa Barat 11 dokter, Jawa Tengah 9 dokter.

Sementara, di Sulawesi Selatan 6 dokter, Bali 5 dokter, Sumatera Selatan 4 dokter, Kalimantan Selatan 4 dokter, DI Aceh 4 dokter, Kalimantan Timur 3 dokter, Riau 4 dokter, Kepulauan Riau 2 dokter.

Baca Juga: Menaker : Banyak Pemelintiran, UU Cipta Kerja Justru Perkuat Perlindungan Tenaga Kerja

Selanjutnya, DI Yogyakarta 2 dokter, Nusa Tenggara Barat 2 dokter, Sulawesi Utara 2 dokter, Banten 1 dokter, dan Papua Barat 1 dokter.  

Hal ini menurut Adib, dikarenakan Lonjakan pasien Covid-19 terutama orang tanpa gejala (OTG) yang mengabaikan perilaku protokol kesehatan di berbagai daerah juga meningkat.  

Baca Juga: Geruduk DPRD Tangsel, Ratusan Mahasiswa Tolak Disahkannya Omnibus Law

Bahkan, klaster-klaster baru penularan Covid-19 terus bermunculan dalam beberapa minggu terakhir karena sejumlah wilayah di Indonesia mulai melepas PSBB dan membuka wilayahnya kembali untuk pendatang yang berarti lebih banyak orang yang menjalani aktivitas di luar rumah.  

"Termasuk, peristiwa demonstrasi yang terjadi beberapa hari belakangan ini," ungkapnya.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x