Terungkap Peran Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta di Tragedi Kanjuruhan, Fakta-Fakta Ini Dibongkar

- 10 Oktober 2022, 13:16 WIB
Kapolda Jatim Irjen Nico Arfinta diduga terlibat tragedi Kanjuruhan
Kapolda Jatim Irjen Nico Arfinta diduga terlibat tragedi Kanjuruhan /Antara/

SEPUTARTANGSEL.COM - Sejumlah kejanggalan terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan terbongkar.

Kejanggalan-kejanggalan tragedi Kanjuruhan itu dibongkar oleh Ketua Umum DPP KNPI, Haris Pertama. 

Menurutnya, berdasarkan temuan-temuan KNPI di lapangan, terungkap bahwa polisi menembakan gas air mata secara membabi buta, termasuk ke arah tribun VIP Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga: Terungkap, Polisi Tembakan Gas Air Mata Secara Membabi Buta ke Penonton, Tragedi Stadion Kanjuruhan Disengaja?

"Jadi memang banyak kejanggalan yang terjadi saat tragedi Stadion Kanjuruhan. Beberapa hal yang mungkin sudah diketahui publik misalnya pintu tertutup, terkunci dari luar," kata Hari Pertama.

"Kita juga mendapat cerita bahwa (polisi menembakan gas air mata) sampai tribun VIP karena saksi matanya ada, kita berjumpa. (Katanya) tribun VIP pun ditembak gas air mata," sambungnya.

Haris Pertama mengungkapkan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat merupakan sosok polisi yang dekat dengan masyarakat, terutama para suporter Arema FC, Aremania.

Haris mengatakan, tak hanya mengajak nongkrong bareng, Ferli selalu berbicara dengan korwil-korwil para suporter sebelum pertandingan sepak bola dimulai.

Baca Juga: Lagi, Setelah Tragedi Kanjuruhan, Gas Air Mata Polisi Kembali Makan Korban di Pertandingan Sepak Bola

Haris membeberkan, saat tragedi Kanjuruhan terjadi, Ferli tengah mengawal para pemain Persebaya di ruang ganti.

Bahkan, Ferli disebutnya panik lantaran tiba-tiba ada polisi yang menembakan gas air mata untuk menghalau penonton.

Ia pun tak menampik kemungkinan adanya skenario yang sengaja disusun agar tragedi yang menewaskan 131 orang itu terjadi.

Baca Juga: Gara-gara Unggah Video Tragedi Kanjuruhan, Saksi Merasa Terancam Minta Perlindungan LPSK

"Nah ini kan jadi bingung, seperti ada skenario lain yang menginginkan adanya tragedi ini. Ini bingung ini," tuturnya.

Kemudian menurut Haris, tak seperti biasanya, personel kepolisian yang diturunkan untuk mengamankan pertandingan Arema FC vs Persebaya pada 1 Oktober 2022 lalu justru berasal dari luar area Malang.

Padahal, biasanya polisi-polisi yang ditugaskan sudah biasa membaur dengan Aremania yang lebih dikenal sebagai 'Arema Police'.

"Biasanya polisi-polisi yang menjaga biasanya Malang Raya yang difungsikan. Nah pada saat 1 Oktober itu malah dari Trenggalek, dari wilayah-wilayah lain yang dia masuk ke Kabupaten Malang di Stadion Kanjuruhan," ujarnya.

Baca Juga: Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Peran Dirut PT LIB Dibongkar Kapolri, Ternyata Manipulasi Hal Ini

"Sedangkan Polresta Malang dan sekitarnya tidak di-BKO-kan di sana, ini kan unik. Biasanya yang BKO-kan tidak mungkin dari Kapolres ya, ini pasti permintaan dari Polda, suratnya dari Polda bahwa butuh perbantuan untuk di Stadion Kanjuruhan," kata Haris Pertama menambahkan, dikutip SeputarTangsel.com dari kanal YouTube Hersubeno Point pada Senin, 10 Oktober 2022.

Haris Pertama menuturkan, banyak pihak yang merasa terkejut dengan tragedi Kanjuruhan.

Pasalnya, pertandingan Arema FC vs Persebaya itu hanya dihadiri oleh Aremania.

Baca Juga: Jokowi Dinilai Pasang Badan untuk Polisi di Tragedi Kanjuruhan, Refly Harun Beberkan Hal Ini, Ternyata...

Lebih lanjut, Haris Pertama juga menyinggung efek gas air mata yang digunakan aparat kepolisian.

Ia mengungkapkan, banyak korban yang ditemuinya mengalami sakit pada mata hingga berwarna merah seperti darah, bahkan ada pula korban yang mengeluhkan luka bakar pada kulitnya.

"Gas air mata nih bingung saya, dahsyat sekali, bisa menghabiskan 131 nyawa dan ratusan korban hari ini teraniaya dalam suatu hal yang tidak perlu," ucapnya.

Baca Juga: CCTV Tragedi Kanjuruhan Kembali Beredar, Supporter Arema Sulit Keluar Usai Pintu Stadion Dibuka

Haris Pertama menegaskan, tragedi Kanjuruhan bukan hanya tanggung jawab Kapolres Malang, tetapi juga Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta.

"Kalau kita tanya kepada masyarakat Malang, kita tanya satu per satu, mereka semua mengatakan bahwa jika Kapolres Malang dicopot, Kapolda juga harus dicopot. Karena pada tanggung jawab di situ, karena Brimob-nya berasal dari Polda, bukan Brimob Polres," tegasnya.***

Editor: H Prastya


Tags

Terkait

Terkini