Hersubeno Arief menuturkan, banyak yang menilai banyaknya korban dalam tragedi tersebut diakibatkan oleh tindakan berlebihan yang dilakukan aparat kepada penonton.
"Ini sebenarnya bukan kerusuhan antar penonton, justru yang terjadi bentrokan antara, bukan bentrokan bahkan, (tapi) tindakan over reaktif dari petugas keamanan terhadap pentonton," ujarnya, dikutip SeputarTangsel.com dari kanal YouTube Hersubeno Arief pada Rabu, 5 Oktober 2022.
Polisi diduga gunakan buzzer untuk cuci tangan tragedi Kanjuruhan
Belakangan viral informasi yang mengatakan polisi sengaja menggunakan buzzer untuk cuci tangan dari tragedi Kanjuruhan.
Dugaan ini diungkap oleh pemilik akun Twitter @almertarandha pada Senin, 3 Oktober 2022.
Menurut pemilik akun, ada yang sengaja mengirimkan rekaman suara atau voice note via aplikasi WhatsApp yang berisi klarifikasi penjual warung di Stadion Kanjuruhan.
Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Polisi Periksa CCTV, Netizen Pertanyakan Kapolda Jawa Timur: Dipecat Gak?
Dalam rekaman suara tersebut, seseorang yang mengaku sebagai penjual itu mengatakan banyaknya korban meninggal bukan disebabkan gas air mata yang ditembakan polisi, melainkan sesama penonton yang saling berdesak-desakan.
"BUZZER PRO POLISI PAS TRAGEDI KANJURUHAN PAKE STRATEGI BARU.. ngirim voicenote yang ceritanya klarifikasi dari penjual warung di stadion, intinya meninggal banyak bukan gr2 gas air mata tapi sesama penonton yg "uyel2"an," tulis akun Twitter @almertarandha.