"Sebetulnya juga sering kali ajaib, Menteri Keuangan kan cuma kasir, ngapain rancang-rancang begitu? Merancang kan adalah fungsi dari Bappenas, menteri-menteri teknis, baru dia tentukan. Tapi sudah jadi tradisi di pemerintahan kita sejak Orde Baru kalau Menteri Keuangan itu posisinya strategis," sambungnya.
Menurut Rocky Gerung, saat ini Sri Mulyani sedang bingung dan tidak tahu harus berbuat apa karena rancangannya tidak terpakai.
Rocky mengatakan, seharusnya hal tersebut diberikan kepada tenokrat. Sayangnya, menteri-menteri utama dalam kabinet merupakan pimpinan partai politik.
Lebih lanjut, Rocky menuturkan Sri Mulyani bisa saja menolak proyek IKN karena dapat menggerus anggaran yang seharusnya diperuntukkan bagi rakyat.
"Masih ada rakyat miskin 20 juta, masih ada stunting 10 juta orang, masih ada karyawan buruh honorer yang belum bisa digaji sempurna bahkan nggak bisa diangkat. Jadi, semua itu dipikirin Sri Mulyani," ujarnya.
Namun ia menilai, pemikiran Sri Mulyani justru tidak dianggap oleh menteri-menteri koordinator di Kabinet Kerja pimpinan Jokowi-Ma'ruf Amin yang notabenenya merupakan pimpinan partai politik.
"Jadi itu yang bikin Sri Mulyani frustasi dengan pemindahan ibukota yang dia nggak bisa ucapkan kepada publik," tuturnya.
Karenanya menurut Mantan Dosen Filsafat Universitas Indonesia itu, apabila tidak ada back up politik, maka Sri Mulyani hanya terombang-ambing meski cara berpikirnya rasional.