SEPUTARTANGSEL.COM - Politisi Partai Gelora Fahri Hamzah mengkritisi sikap Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto yang bersilaturahmi di kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Menurut Fahri Hamzah, seharusnya Prabowo bersilaturahmi ke Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang sama-sama tinggal di Jakarta.
Akan tetapi, Prabowo justru memilih mendatangi Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat yang merupakan kediaman Megawati.
"Ijin bapak, Kenapa bapak tidak silaturahim ke pak Kyai Ma'ruf Amin," kata Fahri dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @Fahrihamzah pada Rabu 4 April 2022.
Bahkan, Fahri juga menyindir Prabowo agar meminta doa pada Kyai Ma'ruf agar lancar menjadi calon presiden (capres).
"Beliau ( Kyai Ma'ruf) juga ada di Jakarta kemarin dan bisa doakan bapak lancar jadi capres. Sekedar nanya mewakili wartawan tanpa surat kabar," ujarnya.
Sebelumnya, Fahri mengkritik aturan Pemilu 2024, khususnya aturan 20 persen Presidential Threshold atau ambang batas pencalonan presiden.
Presidential threshold adalah ambang batas perolehan suara yang harus diperoleh partai politik dalam suatu pemilu untuk dapat mengajukan calon presiden (capres).
Menurut Fahri, seharusnya para capres mengupayakan agar aturan 20 persen ambang batas pencalonan presiden dihapuskan.
Kemudian, entah menyindir capres siapa, Fahri mengatakan terdapat capres yang sudah mulai tebar pesona.
"Hanya karena mereka sudah pegang tiket palsu - lah calon2 Ini bergentayangan tebar pesona," terang Fahri.
Fahri dengan bahasa sarkasme, menyindir para capres yang tebar pesona sebagai orang gagal.
"Orang-orang gagal merasa punya kesempatan menang lagi, hanya karena mereka telah mengantongi karcis kedaluwarsa. Kegilaan ini entah sampai kapan. Mungkin rakyat dianggap tidak waras," katanya.
Beberapa netizen di media sosial Twitter pun menanggapi Fahri Hamzah.
Ada netizen yang mengkritik UU Pemilu berpotensi menimbulkan masalah dalam pemilu.
"Ini ide siapa sih UU pemilu ini kok bs jd begini, masak suara yg 5thn lalu dipake skrng untuk menentukan calon presiden," komen akun @GSukertiyasa
"Inilah bahayanya jika orang jahiliah jadi pemimpin tertinggi bang. Hanya bakal jadi boneka bagi oligarki," ungkap akun @subhanfirmansya.***