Baca Juga: Khabib Nurmagomedov Taruh Cap Tapak Kaki di Foto Wajah Presiden Prancis, Emmanuel Macron
Hingga kini, baru Cina yang melaporkan adanya virus SARS-CoV-2 pada bahan pangan.
Namun, sejumlah otoritas keamanan pangan dunia yaitu WHO, Otoritas Pangan dan Obat (FDA) Amerika Serikat, Badan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), Badan Standar Pangan Australia dan Selandia Baru (ANZFS) sepakat bahwa tidak ada data ilmiah yang kuat untuk membuktikan bahwa virus SARS-CoV-2 bisa ditransfer melalui makanan.
Dari hasil temuan riset dari University of Minnesota menyatakan, proses pemasakan (suhu tinggi) dapat mematikan virus Covid-19 sehingga makanan yang dihangatkan/dimasak aman untuk dikonsumsi.
Baca Juga: Dewan Pengupahan Nasional Bantah Rekomendasikan Upah Mininum 2021 Tak Naik
Baca Juga: Siapa yang Lebih Menguntungkan Indonesia Jika Terpilih, Trump atau Biden? Ini Kata SBY
Meski begitu, produsen makanan dan konsumen harus mengikuti protokol kesehatan demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
"Terlepas dari kemungkinannya sangat kecil, peluang kontaminasi melalui makanan selalu ada," kata Tuti Siregar, peneliti keamanan pangan dan lingkungan di Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Dikutip dari The Conversation kandidat doktor di Universitas Canberra, Australia ini menambahkan, produsen serta konsumen harus mengikuti protokol kesehatan.
Baca Juga: Tak Lolos Seleksi CPNS, Bisa Ajukan Sanggahan Maksimal Tiga Hari Setelah Pengumuman