Mungkinkah Virus Corona Penyebab Covid-19 Menular Lewat Makanan Beku?

31 Oktober 2020, 09:49 WIB
Pekerja mengumpulkan rajungan hasil tangkapan nelayan di Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Jumat 9 Oktober 2020. Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat nilai produksi rajungan hingga Agustus 2020 sebesar Rp68,9 miliar. /Dedhez Anggara/ANTARA FOTO

SEPUTARTANGSEL.COM - Beberapa waktu lalu, otoritas bea cukai Cina menolak produk perikanan Indonesia.

Alasannya, produk impor dari Indonesia itu diduga terkontaminasi virus corona.

Selain dari Indonesia, Pemerintah Kota Shenzhen Cina melaporkan temuan kasus positif Covid-19 pada ayam beku yang diimpor dari Brazil.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 7,0 Skala Richter dan Mini Tsunami Landa Provinsi Izmir di Barat Turki

Baca Juga: Din Syamsudin: Ada Gelagat Kekuasaan di Indonesia Mengarah pada Kediktatoran Konstitusional

Selain itu, kasus positif ditemukan pada produk udang beku dari Ekuador di restoran provinsi Anhui,Cina.

Otoritas Cina melaporkan 10 kasus penemuan virus Sars-coV-2, virus penyebab Covid-19, pada makanan dan kemasannya.

Namun World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan tidak percaya bahwa Covid-19 berasal dari makanan dan kemasannya yang dapat menulari setiap orang.

Baca Juga: Libur Panjang dan Cuti Bersama, Lebih 11.000 Wisatawan Berkunjung ke TMII

Baca Juga: Khabib Nurmagomedov Taruh Cap Tapak Kaki di Foto Wajah Presiden Prancis, Emmanuel Macron

Hingga kini, baru Cina yang melaporkan adanya virus SARS-CoV-2 pada bahan pangan.

Namun, sejumlah otoritas keamanan pangan dunia yaitu WHO, Otoritas Pangan dan Obat (FDA) Amerika Serikat, Badan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), Badan Standar Pangan Australia dan Selandia Baru (ANZFS) sepakat bahwa tidak ada data ilmiah yang kuat untuk membuktikan bahwa virus SARS-CoV-2 bisa ditransfer melalui makanan.

Dari hasil temuan riset dari University of Minnesota menyatakan, proses pemasakan (suhu tinggi) dapat mematikan virus Covid-19 sehingga makanan yang dihangatkan/dimasak aman untuk dikonsumsi.

Baca Juga: Dewan Pengupahan Nasional Bantah Rekomendasikan Upah Mininum 2021 Tak Naik

Baca Juga: Siapa yang Lebih Menguntungkan Indonesia Jika Terpilih, Trump atau Biden? Ini Kata SBY

Meski begitu, produsen makanan dan konsumen harus mengikuti protokol kesehatan demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

"Terlepas dari kemungkinannya sangat kecil, peluang kontaminasi melalui makanan selalu ada," kata Tuti Siregar, peneliti keamanan pangan dan lingkungan di Badan Riset Kelautan dan Perikanan.

Dikutip dari The Conversation kandidat doktor di Universitas Canberra, Australia ini menambahkan, produsen serta konsumen harus mengikuti protokol kesehatan.

Baca Juga: Tak Lolos Seleksi CPNS, Bisa Ajukan Sanggahan Maksimal Tiga Hari Setelah Pengumuman

Baca Juga: China Bantah Tuduhan Menlu AS Soal Tekanan Terhadap Minoritas Muslim Uighur

Yakni, mencuci tangan memakai sabun secara benar, sebelum dan setelah memegang makanan kemasan beku.

Di dalam situasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat ini, banyak dimanfaatkan berbagai industri makanan yang berbasis online.

Pengantar makanan, jelas Tuti, juga harus mengikuti protokol dengan baik.

Baca Juga: Usai Teror di Gereja Nice, Prancis Naikkan Status Keamanan Nasional ke Level Darurat

Baca Juga: Update Corona 30 Oktober: Kasus Baru di Bawah 3.000, Spesimen Diperiksa Turun Karena Libur Panjang

Penerapan sanitasi sepanjang rantai produksi juga sangat penting.

Penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) dengan menggunakan alat pelindung diri (masker dan sarung tangan) serta penerapan sanitasi dan higienis juga sedah diterapkan di setiap perusahaan besar.

Pemerintah pun juga perlu mengawasi penerapan GMP untuk UKM atau industri rumah tangga,yang beredar di pasar lokal. ***

Editor: Sugih Hartanto

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler