Baca Juga: Yasonna Laoly: RUU Minuman Beralkohol Belum Masuk Prolegnas 2021, Tak Usah Polemik Berlebihan
Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC Bernadia Irawati Tjandradewi mengungkapkan, distribusi pangan yang belum merata di Indonesia juga dikhawatirkan akan menyebabkan kelebihan atau kekurangan komoditas pangan di sejumlah daerah, yang terdampak secara logistik akibat pandemi maupun perubahan iklim.
"Peran pemerintah daerah dalam menjaga ketahanan pangan dapat dilakukan melalui urban farming, diversifikasi pangan yang mengurangi ketergantungan pada beras, serta monitoring ketahanan pangan dan harga pangan daerah," kata Bernadia.
Agung Hendriadi menyebutkan, situasi dua bulan pertama pandemi, Indeks ketahanan pangan Indonesia sempat turun menjadi 40,10 dari sebelumnya 44,10.
Baca Juga: 5 Fakta Drake, Rapper Kanada yang Bikin Geger Karena Diisukan Meninggal
Baca Juga: Pelanggaran Protokol Kesehatan Acara Habib Rizieq, Polri Panggil Anies Baswedan
Hal ini menunjukkan kekagetan dari masyarakat yang mengurangi konsumsi pangan mereka. Tetapi hal sebaliknya terjadi pada April hingga Agustus yang ditandai adanya peningkatan indeks ketahanan pangan.
Di samping itu, Ketua SDGs Network dari Institut Pertanian Bogor, Bayu Krisnamurthi, menuturkan bahwa ketergantungan pada impor justru akan membahayakan jika terjadi krisis atau pandemi berkepanjangan.
"Kita harus berbasis pada pengembangan ekonomi lokal. Khususnya pada level desa dan lurah, serta memberikan dukungan kepada produsen lokal. Inilah yang akan membuat pangan kita memiliki ketahanan yang lebih tinggi," katanya.
Baca Juga: Sering Mengalami Cegukan? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya