Siapa Pun Presiden AS Terpilih, Indonesia Akan Lakukan Ini

- 3 November 2020, 09:57 WIB
Ilustrasi bendera Amerika Serikat
Ilustrasi bendera Amerika Serikat /Foto: Pixabay/Free-Photos/

SEPUTARTANGSEL.COM - Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS), Muhammad Lutfi, meyakini siapapun Presiden AS terpilih, Indonesia akan melakukan terobosan termasuk investasi.

Lutfi mengatakan, terobosan tersebut bisa dilakukan Indonesia karena Indonesia dan AS mempunyai nilai yang sama mengenai sistem demokrasi terbuka.

Selain itu, sama-sama menjunjung tinggi hukum, serta memberikan kebebasan bagi rakyatnya untuk mengemukakan pendapat dan pilihan.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Tangsel November 2020, Lokasi dan Jam Pelayanan

Baca Juga: Harga Emas Antam 3 November 2020: Kembali di Atas Satu Juta per Gram

“Saya akan berusaha sekuat tenaga memastikan bahwa dengan tingginya perdagangan akan mendatangkan investasi. Saya sudah lihat ini di Jepang dan mudah-mudahan (saya) akan bisa laksanakan yang sama di AS,” kata Lutfi saat memaparkan sejumlah isu kepada wartawan lewat telekonferensi, Senin 2 November 2020 malam.

Saat ini, kata Lutfi, kedekatan Indonesia dan As terlihat semakin erat, dengan ditandai datangnya Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Indonesia beberapa waktu lalu.

Selain itu, kehadiran Menteri Pertahanan Prabowo Subianto atas undangan Kementerian Pertahanan AS dan negosiasi sekitar 2,5 tahun fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) yang berakhir manis.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Dengan Teknologi Paling Mutakhir Siap Diluncurkan

Baca Juga: Madrid Pasang Target Poin Penuh Saat Jamu Inter di Final Kepagian Liga Champions

“Jadi saya yakin siapapun presiden Amerika yang terpilih apakah dari demokrat, (Joe) Biden, atau Presiden Trump dari Republik yang sudah dibuktikan oleh beliau banyak sekali terobosan-terobosan Indonesia yang bisa dijalankan,” kata Lutfi.

Lutfi yang baru satu bulan menjabat sebagai Dubes RI untuk AS itu merasa senang melihat kedekatan tersebut.

Untuk diketahui, Pemerintah AS mengumumkan perpanjangan GSP, yaitu fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk, hanya berselang sehari setelah pertemuan Presiden RI Joko Widodo dengan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, di Jakarta pada 29 Oktober 2020.

Baca Juga: Barack Obama Jadi Operator Telepon Demi Dukung Joe Biden di Pilpres AS

Baca Juga: [Breaking News] Presiden Jokowi Sudah Teken Omnibus Law UU Cipta Kerja 1.187 Halaman

“Siapa pun yang menang, dengan norma dan value yang kita punya, Indonesia dan AS akan berdiri sama tinggi di kawasan memastikan pertambahan nilai, keamanan, menciptakan kesejahteraan,” ungkap Lutfi.

Meski begitu, Lutfi masih merisaukan keadaan di kawasan terkait persaingan hegemoni di puncak dunia.

Lutfi mengatakan, sejak perang Athena dan Sparta selama 2.500 tahun telah terjadi 12 kali persaingan hegemoni di dunia di mana hanya empat persaingan yang tidak berakhir dengan perang yaitu Spanyol-Portugal, Inggris-AS, kehancuran Uni Soviet, dan aksesi Jerman ke Uni Eropa (UE).

Baca Juga: Mahfud MD Minta KPI Awasi Diskusi Soal Omnibus Law yang Tayang di Televisi

Baca Juga: Mengenal Arti Zindiq Secara Bahasa dan Istilah

Lutfi mengutip peringatan yang disampaikan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong, bahwa jika terjadi perang di kawasan, terutama di Laut China Selatan (LCS) maka, kerugian jatuh kepada negara-negara di kawasan karena Abad Asia akan lewat begitu saja.

Selain itu, Indonesia juga akan kehilangan momentum untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagai perekat demokrasi di kawasan.

“Karena itu saya yakin, Indonesia dan AS mempunyai kepentingan tersendiri di kawasan,” tutur Lutfi.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah