Bawaslu Menemukan Masalah Prosedural dan Protokol Kesehatan dalam Simulasi Pemungutan Suara

- 30 Agustus 2020, 11:34 WIB
Petugas meneteskan tinta ke jari pemilih pada simulasi pemungutan suara Pilkada 2020 yang digelar di Kabupaten Indramayu.
Petugas meneteskan tinta ke jari pemilih pada simulasi pemungutan suara Pilkada 2020 yang digelar di Kabupaten Indramayu. /Foto: Humas Bawaslu/

SEPUTARTANGSEL.COM - Masalah prosedural dan persoalan protokol kesehatan ditemukan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).

Temuan ini didapat Bawaslu saat pelaksanaan simulasi kedua pemungutan suara yang digelar KPU RI di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Sabtu, 29 Agustus 2020.

Hal ini disampaikan anggota Bawaslu Fritz Edward Siregar dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu.

Baca Juga: Danpuspom: Tim Penyidik Gabungan Sudah Periksa 10 Saksi Penyerangan Mapolsek Ciracas

"Pada awal pelaksanaan simulasi pemungutan masih ditemukan DPT (daftar pemilih tetap) dengan NIK lengkap. Seharusnya NIK diberi tanda bintang di 4 atau 5 angka terakhir NIK," kata Fritz Edward Siregar.

Kemudian, tidak ada prosedur tata cara pencoblosan yang ditempel di papan pengumuman di luar TPS.

"Sebaiknya, KPU menempelkan tata cara prosedur pencoblosan di papan pengumuman di luar TPS," katanya.

Baca Juga: Menteri Pertahanan Prabowo Subianto: Virus Dapat Menjadi Senjata untuk Menghancurkan Negara

Bawaslu juga menemukan masalah pada pemberian atau pemakaian sarung tangan yang direncanakan dengan dua opsi.

Pertama, sarung tangan diberikan pada saat pemilih akan diberi surat suara. Kedua, sarung tangan diberikan pada saat penyerahan identitas pemilih.

Namun, kedua opsi tersebut masih rentan terhadap penularan virus melalui benda.

Baca Juga: Impian Masa Kecil, Mobil Terbang Berawak Pertama di Jepang Sukses Diuji Coba

Sarung tangan sebaiknya diberikan pada saat pemilih berada dalam antrean sebelum masuk TPS dengan terlebih dahulu memastikan pemilih telah mencuci tangannya.

"Sarung tangan yang digunakan untuk pemilih masih berupa sarung tangan plastik. Pemakaian sarung tangan plastik cukup memakan waktu, berdasarkan simulasi kali ini paling cepat 15 detik, paling lama 40 detik, sarung tangan plastik juga rentan rusak atau sobek," katanya.

Kemudian, sarung tangan juga licin saat memeriksa surat suara yang diberikan dan surat suara kerap terjatuh karena kondisi sarung tangan.

Baca Juga: Setelah Heboh, Kementan Cabut Penetapan Ganja Sebagai Tanaman Obat

Lebih lanjut, kondisi tempat pemungutan suara atau TPS pada saat simulasi kering.

Namun pada hari pemungutan suara tentunya ada potensi TPS berair atau becek.

"Hal ini berpotensi merusak surat suara jika tetap menggunakan sarung tangan plastik karena surat suara berpotensi jatuh karena licin," ucap Fritz Edward Siregar.

Persoalan prosedural lainnya yakni, waktu paling cepat proses pemilih masuk ke TPS.

Memilih hingga keluar dari TPS pada saat TPS ramai membutuhkan waktu rata-rata 3 menit 30 detik untuk pemilih rentang usia 20-50 tahun.

Baca Juga: Pecah Rekor Lagi: Tambah 3.308 Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Dalam Sehari

Sedangkan untuk pemilih lanjut usia membutuhkan waktu rata-rata sekitar 5 menit 15 detik.

Proses pengisian daftar hadir membutuhkan waktu cukup lama karena pemilih diminta membawa alat tulis masing-masing, sedangkan tidak semua pemilih membawa alat tulis sendiri.

Setelah pemilih mengisi daftar hadir dan diminta untuk menunggu di dalam TPS, pemilih berpotensi menunggu cukup lama karena pemanggilan pemilih tidak berdasarkan pemilih yang datang dan mengisi daftar hadir lebih dulu.

Baca Juga: Saham Amazon Melonjak, Mantan Istri Jeff Bezos Ikut Kecipratan

Kemudian, proses melepas sarung tangan setelah pencoblosan dan saat akan pemberian tinta di jari membutuhkan waktu sekitar 15-20 detik.

Tempat pembuangan sarung tangan ditemukan juga kurang memadai karena tempatnya kecil.

Prosedur pemberian tinta pada simulasi kali ini dilakukan dengan mengoleskan tinta pada jari pemilih menggunakan cotton bud.

"Potensi penularan virus melalui cotton bud. Karena digunakan untuk beberapa pemilih tanpa dilakukan penggantian," kata Fritz Edward Siregar.

Baca Juga: Jawa Dahulunya Kosmopolitan di Nusantara Berkat Rempah-Rempah

Selanjutnya, setelah dioleskan tinta pemilih langsung membersihkan jarinya, tinta berpotensi langsung hilang atau pudar.

Seharusnya petugas memberitahu pemilih untuk menunggu tinta cukup kering sebelum membersihkannya.

"Penggunaan alat lap untuk membersihkan tinta yang digunakan secara bergantian juga berpotensi menularkan virus," ujarnya.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah