Polri Akui Ada Gas Air Mata Kadaluarsa yang Ditembakkan dalam Tragedi Kanjuruhan

- 10 Oktober 2022, 17:14 WIB
Polri mengaku ada beberapa gas air mata yang sudah kadaluarsa dalam tragedi Kanjuruhan
Polri mengaku ada beberapa gas air mata yang sudah kadaluarsa dalam tragedi Kanjuruhan /Antara/Aribowo Sucipto/

SEPUTARTANGSEL.COM - Penggunaan gas air mata dalam tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur terus menjadi sorotan publik.

Hal ini dikarenakan gas air mata digunakan dalam penanganan kerusuhan oleh aparat dalam tragedi Kanjuruhan yang membuat ratusan suporter Arema FC, yakni Aremania meninggal dunia.

Kali ini, Polri mengakui ada gas air mata yang sudah kadaluarsa digunakan saat kericuhan supporter di Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga: Terungkap, Polisi Tembakan Gas Air Mata Secara Membabi Buta ke Penonton, Tragedi Stadion Kanjuruhan Disengaja?

Namun, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengungkapkan efek yang ditimbulkan dari gas air mata yang mengandung cairan kimia itu berkurang dibandingkan dengan yang tidak kadaluarsa.

"Ada beberapa yang ditemukan (gas air mata) tahun 2021, saya masih belum tahu jumlahnya, tapi ada beberapa,” kata Dedi Prasetyo di Mabes Polri yang dikutip SeputarTangsel.Com dari Antara pada Senin, 10 Oktober 2022

Meski belum diketahui berapa jumlah gas air mata yang kadaluarsa dalam kericuhan di tragedi Kanjuruhan, Dedi memastikan sebagian besar gas air mata atau chlorobenzalmalononitrile/CS yang digunakan saat itu masih berlaku dengan jenis CS warna merah dan biru.

Kadiv Humas Polri itu menuturkan bahwa ada tiga jenis gas air mata yang digunakan oleh personel Brimob di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Terungkap Peran Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta di Tragedi Kanjuruhan, Fakta-Fakta Ini Dibongkar

Tiga gas air mata tersebut adalah warna merah, biru dan hijau dan penggunaannya juga diatur sesuai eskalasi massa dan tingkat kontijensi yang terjadi.

Gas air mata warna hijau yang digunakan pertama berupa smoke (asap), saat ditembakkan terjadi ledakan di udara yang berisi asap putih.

Kemudian, gas air mata yang berwarna biru digunakan untuk menghalau massa bersifat sedang.

"Jadi, kalau klaster dalam jumlah kecil digunakan gas air mata tingkat sedang," ujarnya.

Baca Juga: Iwan Fals Buka Suara Soal Tragedi Kanjuruhan: Mungkin Presiden Juga Salah karena Dia Panglima Tertinggi

Sedangkan gas air mata warna merah dipakai untuk mengurangi massa dalam jumlah besar. 

"Jadi, mengutip kata pakar, semua tingkatan ini, CS atau gas air mata dalam tingkat tertinggipun tidak ada yang mematikan," tuturnya.

Terkait gas air mata kadaluarsa, Dedi Prasetyo menyebutkan setiap gas air mata mempunyai batas waktu penggunaan.

Akan tetapi hal ini berbeda dengan kadaluarsa pada makanan yang menimbulkan jamur dan bakteri hingga bisa mengganggu kesehatan.

Baca Juga: Kapolri Umumkan 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Direktur LIB, Panpel dan Polisi

Gas air mata yang berbahan dasar kimia justru kebalikan dari sifat makanan, yakni ketika kadaluarsa kadar kimianya berkurang.

Hal ini membuat efektivitas gas air mata ketika ditembakkan tidak bisa lebih efektif lagi.

Ketika gas air mata sudah kedaluwarsa ditembakkan akan terjadi partikel-partikel seperti serbuk bedak.

Ditembakkan jadi ledakan di atas, ketika terjadi ledakan timbul partikel-partikel lebih kecil yang dihirup, kemudian kena mata mengakibatkan perih.

"Jadi, kalau misalnya sudah expired, justru kadarnya berkurang secara kimia, kemudian kemampuan gas air mata ini juga menurun," kata Dedi.

Untuk diketahui, temuan gas air mata kedaluwarsa ini diungkapkan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Di sisi lain, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo dalam jumpa pers di Kota Malang, Jawa Timur, pada Kamis, 6 Oktober 2022 mengatakan ada 11 tembakan gas air mata yang dilepaskan petugas dalam tragedi Kanjuruhan.

Kapolri menjelaskan penembakan gas air mata tersebut tujuh di antaranya ditembakkan ke tribun selatan Stadion Kanjuruhan.

"Terdapat 11 personel yang menembakkan gas air mata, ke tribun selatan kurang lebih tujuh tembakan, utara satu tembakan dan ke lapangan tiga tembakan," pungkas Listyo Sigit Prabowo.***

Editor: Taufik Hidayat.


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah