SEPUTARTANGSEL.COM - Kedua anak Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep dilporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep dilaporkan ke KPK oleh Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sekaligus Aktivis '98, Ubedilah Badrun terkait dugaan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Menanggapi pelaporan Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep itu, Rocky Gerung menilai Ubedilah Badrun telah mewakili kegelisahan masyarakat atas status keluarga Presiden Jokowi.
"Ubed ini adalah doktor di bidang sosiologi, paham tentang etika publik. Jadi, dia mengerti mengapa dia laporkan, karena hal tersebut bertentangan dengan public ethics," kata Rocky Gerung, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Selasa, 11 Januari 2022.
Rocky Gerung menduga, Ubedillah Badrun merasa terganggu secara etika karena yang bersangkutan merupakan seorang dosen.
Pendiri Setara Institute itu mengungkapkan, Ubedillah Badrun telah terlibat dalam banyak peristiwa politik, sehingga paham mengapa demokrasi memburuk karena nepotisme.
"Anak Presiden ada di dalam wilayah itu sekarang. Jadi Ubed hanya ingin mengingatkan kembali bahwa reformasi itu janjinya adalah hilangkan nepotisme dalam keadaan apapun," ujarnya.
Rocky menuturkan, pada era keterbukaan informasi seperti saat ini, orang bertanya-tanya terkait skala harta kedua anak Jokowi.
Ia pun menyinggung terkait bisnis Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep, dari mulai bisnis kuliner hingga membeli saham senilai hampir Rp100 miliar.
"Apalagi sekarang ada keterbukaan informasi, orang bertanya-tanya, itu akumulasinya dua anak Presiden dari mana? Kok tiba-tiba ada skala yang mencengangkan? Mulai dari bisnis kuliner, tiba-tiba bermain saham, lalu sekarang pemain utama di pasar modal," tuturnya.
Ia menilai, apa yang dilakukan Ubedilah Badrun adalah hal yang benar meski berisiko dipecat sebagai ASN dan mengimbau agar dosen-dosen lainnya melakukan hal yang sama.
"Ubed membuka kotak pandora supaya yang lain paham bahwa negeri ini sedang disiksa oleh kebijakan yang oligarkis dan masuk ke dalam nepotisme baru," tegasnya.***