Menurutnya, hal ini dilakukan mantan Wali Kota Solo itu karena marah dengan Erick Thohir yang mengaku bahwa kebijakan tes PCR diputuskan di dalam rapat terbatas yang juga dihadiri oleh Jokowi.
Meski begitu, mantan Dosen Filsafat Universitas itu menyebut bahwa sikap yang dilakukan Jokowi tidak ada gunanya. Pasalnya, Jokowi memiliki kemampuan untuk me-reshuffle para menteri di kabinetnya.
Lebih lanjut, Rocky memaparkan sikap Jokowi lebih seperti pengamat layaknya Rizal Ramli, Said Didu, dan Dahlan Iskan.
"Yang lebih konyol lagi, semua yang diucapkan Presiden saya lihat videonya tadi, itu artinya Presiden jadi semacam pengamat karena semua yang diucapkan Presiden, itu yang diucapkan Rizal Ramli, Anthony Budiawan, Awalil, Said Didu, bahkan Dahlan Iskan," jelasnya.
"Semua itu sudah diterangkan. Nah sekarang Presiden mengucapkan kembali pemikiran pengamat. Jadi dia itu juru bicara pengamat. Padahal, dia harus mengambil keputusan kan," lanjutnya.
Salah seorang pendiri Setara Institute itu memaparkan, pemimpin yang memarahi anak buahnya di depan publik artinya sudah tak memiliki ilmu kepemimpinan. Pasalnya, seorang pemimpin harus dapat memberi efek atau dampak.
Baca Juga: Moeldoko Diusir Saat Datangi Pendemo di Semarang, Refly Harun: Ini Alarm Bagi Pemerintahan Jokowi
Selain itu, Rocky juga menyebut bahwa Jokowi tak mengerti fungsi BUMN. Dia menjelaskan, fungsi BUMN adalah untuk mendistribusikan keadilan, bukannya mengakumulasi kapital.
"Presiden memang nggak ngerti apa fungsi BUMN. BUMN itu fungsinya mendistribusikan keadilan, bukan mengakumulasi kapital atau keuntungan. Yang mesti melakukan akumulasi adalah market, bukan BUMN. Sekarang BUMN disuruh berbisnis, ya pasti gagal karena bukan wataknya untuk berbisnis," tegasnya.***