Jimly Asshidiqie: Menghadapi Habib Rizieq, Negara Jangan Gunakan Ideologi dan Teologi Perang

20 November 2020, 16:08 WIB
Mantan Ketua MK, Jimly Asshiddiqie. /Foto: Antara/Katriana //

SEPUTARTANGSEL.COM - Isu politik dan agama selalu menjadi topik hangat di seluruh negara tak terkecuali Indonesia.

Di banyak negara konflik antara politik dan agama memicu terjadinya radikalisme hingga rasialisme.

Di Indonesia, dalam beberapa beberapa minggu terakhir terfokus pada sosok Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab yang notabene sebagai pemuka agama.

Baca Juga: Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo: Habib Luthfi Berpesan Agar Tegas dan Tak Rabu Bertindak

Baca Juga: Rugikan Negara Rp69 Miliar, Mantan Kepala DPKAD Kota Bandung Dijebloskan ke Lapas Sukamiskin

Menanggapi permasalahan tersebut, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI, Jimly Asshidiqie mengatakan, pemerintah patutnya menyelesaikan isu politik dan agama ini tanpa melahirkan konflik.

Penyelesaian tersebut bisa dilakukan dengan cara damai dan rukun.

Menurut Jimly, fenomena politik dan agama tidak hanya di Indonesia. Jimly lantas memberikan contoh bahwa di Amerika Serikat juga terjadi saat Donald Trump menggunakan isu rasial dalam kampanye politiknya.

Baca Juga: Vaksin Merah Putih Ditargetkan Produksi Tahun 2021

Baca Juga: PKS: UMKM Berkontribusi Secara Nasional Tetapi Kurang Pemberdayaan

Selain itu, isu rasial juga terjadi di negara-negara Eropa seperti Norwegia, Swedia, serta yang paling ramai dibicarakan, kasus aksi teror yang terjadi di Prancis.

“Puncaknya ya sekarang-sekarang ini. Di Amerika puncaknya Donald Trump, dengan politik rasialis dan diskriminatif. Di Norwegia, di Swedia, hal yang sama terjadi selama Covid, dan puncaknya, di Prancis kemarin. Ini fenomena yang mendunia,” ujar Jimly saat wawancara dengan Bambang Sadono.

Jimly juga menyebut fenomena yang terjadi di New Zealand beberapa bulan lalu, yakni penembakan terhadap umat muslim yang sedang melaksanakan shalat Jumat, sebagaimana dikutip dari channel YouTube Inspirasi Untuk Bangsa.

Baca Juga: BPOM: Uji Klinik Fase 3 Vaksin Covid-19 dari Sinovac, Belum Ada Efek Samping Serius

Baca Juga: Manfaat Clay Mask, Masker Wajah Berbahan Dasar Tanah Liat

“Bahkan di negeri yang damai di New Zealand pun, saking meluasnya ketakutan islamophobic itu, orang yang lagi shalat Jumat ditembakin oleh orang yang waras,” katanya.

“Ini terjadi di seluruh dunia karena perilaku umat Islam sendiri yang menakutkan, tapi orang tidak mau melihat kebelakang apa sebabnya. Sebabnya kan karena ketidak adilan, Timur Tengah dihancur leburkan, Palestina nggak beres-beres, maka muncul gelombang radikalisme di mana-mana,” tambahnya. 

Baca Juga: Jerinx SID Walk Out di Sidang Perdana, Jadi Alasan Hakim Beratkan Vonis

Baca Juga: Jangan Coba-coba Tak Pakai Masker di Jepang, Robot Ini Akan Memperingatkan

Namun, Jimly mengatakan dengan terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat, ada peluang konflik Palestina dan Israel akan berakhir dengan cara rekonsiliasi antara dua negara tersebut.

Dalam wawancara ini, dirinya juga menyinggung fenomena politik dalam negeri yang melibatkan Imam Besar organisasi Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

Baca Juga: Video Pasukan TNI Melintas di Petamburan, Ada Apa?

Baca Juga: Vonis 14 Bulan untuk Jerinx SID, Berikut Fakta-fakta Menariknya

Menurutnya, untuk penyelesaian kasus Imam Besar FPI tersebut, pemerintah butuh upaya menyatukan. Karena jika sampai terjadi pergesekan antara simpatisan Habib Rizieq Shihab dan pemerintah, sangat memungkinkan terjadi adanya radikalisme.

Jimly menekankan, pemerintah seharusnya menyikapi fenomena HRS melalui metode pendekatan, dengan menggunakan teologi dan ideologi yang menciptakan kedamaian dan kerukunan, bukan melahirkan konflik.

Artikel ini telah tayang di Mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com dengan judul: Tanggapi Fenomena Habib Rizieq Shihab, Jimly Asshidiqie: Pemerintah Jangan Gunakan Ideologi Perang

Baca Juga: PSBB Tangsel Terus Diperpanjang untuk Kesekian Kali, Dicemooh Netizen

“Jadi, suasananya itu seperti perang. Maka menurut saya, menghadapi HRS ini jangan menggunakan ideologi dan teologi perang. Teologi dan ideologinya damai, mendamaikan dan merukunkan. Ini penting, kalau ideologi dan teologi perang, negara pasti menang,” tegasnya.

“Negara pasti menang menghadapi rakyatnya, apalagi menggunakan institusi dan mekanisme yang resmi, ya pasti menang,” pungkasnya.*** (Mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com /Ilham Anugrah)

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler