Penanganan Covid-19 Jokowi Disebut Terburuk di Dunia, Refly Harun: Kira-kira Buzzer Mau Ngomong Apa?

2 Agustus 2021, 19:58 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) /Instagram/@jokowi


SEPUTARTANGSEL.COM - Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menyebut penanganan Covid-19 Presiden Joko Widodo (Jokowi) terburuk di dunia.

Hal ini dikatakan Refly Harun setelah Indonesia turun empat peringkat ke posisi 53 dari 53 negara dalam skor ketahanan terhadap Covid-19 versi laporan Bloomberg.

"Luar biasa ya. Kira-kira buzzer mau ngomong apa kalau begini?" kata Refly Harun, dikutip SeputarTangsel.com dari kanal YouTube Refly Harun pada hari Senin, 2 Agustus 2021.

Baca Juga: Refly Harun Unggah Pantun Kerjaan Baru BIN, Netizen Sebut Nyinyir, Masalahnya di Mana Kalau Bantu Vaksinasi

Sebagai informasi, Indonesia memperoleh skor 40,2 persen, kalah dari negara tetangga seperti Malaysia dengan skor 42,5 persen, Filipina dengan skor 45,5 persen, serta Vietnam dengan skor 48,7 persen.

Penilaian Bloomberg itu didasari oleh masih tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Tanah Air, rendahnya angka vaksinasi, hingga tingkat keparahan pembatasan wilayah.

"Indonesia kan tidak bisa mengantisipasi gelombang kedua Juni kemarin, di mana korban meninggal luar biasa. Saya mendengar tiap hari ada saja yang meninggal karena Covid-19," ujarnya.

Baca Juga: Anggota Majelis Hakim yang Vonis Habib Rizieq 4 Tahun Penjara Meninggal Dunia, Refly Harun: Semoga Diampuni

Lebih lanjut, Refly Harun mengatakan bahwa pemerintah seolah-olah memandang pandemi Covid-19 sebagai gelombang laut yang tidak dapat diprediksi.

Menurutnya, Indonesia sudah mengalami pandemi Covid-19 selama 1,5 tahun. Karenanya, yang dapat menentukan adalah pengelolaannya.

"Bukankah ini sebuah pandemi yang sudah kita kelola sejak 1,5 tahun yang lalu? Kan masalahnya adalah ketika pengelolaannya salah, pengelolaanya keliru, maka tingkat kasus akan tinggi. Kan begitu," tutur Refly.

Baca Juga: Jokowi Didesak Mundur, Refly Harun: Presiden Bisa Dilengserkan atau Diganti

"Jadi bukan ini adalah real attack seperti bencana gelombang pasang, angin topan yang kita hanya menyandarkan pada kodrat Yang Maha Kuasa. Tapi ini adalah sebuah pandemi yang kita sudah tahu 1,5 tahun yang lalu dan pertanyaannya adalah sekarang ini bagaimana mengelolanya. Jadi, manajemen pengelolannya yang bermasalah," sambungnya.

Refly menekankan, pandemi ini berkaitan dengan manajemen yang harusnya sudah dipersiapkan sejak awal.

Apabila sejak awal tidak siap, maka tidak boleh menyalahkan bahwa seolah-olah pandemi ini sebuah bencana yang tiba-tiba.

Dia menilai, penanganan yang tidak konsisten, tidak jelas, dan tidak tegas dapat memperburuk kondisi di dalam negeri.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum

Tags

Terkini

Terpopuler