Direktur Pencegahan BNPT: Milenial Menjadi Sasaran Radikalisasi

23 Mei 2021, 13:08 WIB
Kaum milenial menjadi sasaran utama radikalisasi. /Sumber: Center for Homeland Defense and Security/

SEPUTARTANGSEL.COM – Kaum milenial menjadi sasaran utama radikalisasi karena mereka sangat sensitif terhadap nilai keagamaan.

Hal ini disampaikan Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid.

Dia mengatakan,"Kaum milenial menjadi sasaran utama radikalisasi karena generasi muda itu punya masa depan yang panjang.”

Baca Juga: Ketua Setara Institute Hendardi: Tes Wawasan Kebangsaan Pegawai KPK Untuk Cegah Intoleransi dan Radikalisme

Penegasan Direktur Pencegahan BNPT secara virtual itu disampaikan pada acara webinar nasional "Membangun Spirit Pemuda Maluku di Tengah Fenomena Radikalisme" yang diselenggarakan AMGPM Daerah Kota Ambon Cabang Imanuel Karpan di Ambon pada Sabtu, 22 Mei 2021.

Kaum milenial menurut Direktur Pencegahan BNPT diklasifikasi menjadi tiga yaitu umur 14 hingga 19 tahun, 20 hingga 40 tahun dan 40 tahun sampai 55 tahun.

"Khusus untuk generasi milenial 20 hingga 40 tahun ini adalah generasi yang luar biasa dan potensial menjadi sasaran radikalisasi sebab mereka sangat sensitif nilai keagamaannya, kemudian masih dalam fase pertumbuhan yang emosional sehingga terkadang dia labil.”

Baca Juga: Super Blood Moon 26 Mei Nanti di Indonesia, Tampak di Lokasi Mana Saja?

Wawasan pengetahuan dan penghayatan mereka terhadap nilai-nilai hidup masih dalam fase pertumbuhan menuju pematangan sehingga rentan untuk digiring dalam konteks memperjuangkan sistem pemerintahan yang berdasarkan agama.

Radikalisme dan terorisme menjadi musuh negara karena ideologi yang dibawa bertentangan dengan konsensus bersama bangsa Indonesia. Yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, serta NKRI.

Kalau terus dibiarkan maka akan berkembang ke arah konflik sosial dan konflik bangsa.

Baca Juga: Tak Terasa, Sudah 20 Tahun Film Harry Potter dan Ini Perayaannya

"Pengalaman konflik di Ambon misalnya merupakan bagian dari desain besar yang ingin menghancurkan NKRI dan mengadu-domba masyarakat dengan mengatasnamakan agama," tegasnya.

Untuk itu, Pancasila yang merupakan ideologi pemersatu bangsa dan gotong royong digali dari kearifan lokal budaya.

Mantan komandan NII Ken Setiawan menjelaskan kalau radikalisme dan terorisme ini bisa menyasar semua lini masyarakat dan berkembang merajalela b‎ila dibiarkan.

Baca Juga: Pangeran Harry dan William Berbicara tentang Kasus Wawancara Putri Diana di Panorama BBC

Ketertarikan atas ideologi tersebut karena kondisi di masyarakat. Pancasila dianggap tidak menarik, belajar dengan guru yang salah, dan adanya provokasi media sosial.

"Diimbau kepada masyarakat pelajari agama pada ahlinya, kenali modusnya, tolak seperti narkoba, kritis terhadap fenomena di sekitar kita," kata Ken Setiawan. ***

Editor: Ignatius Dwiana

Tags

Terkini

Terpopuler