SEPUTARTANGSEL.COM - Direktur Pusat Pengendalian China, Gao Fu mengakui bahwa efektivitas vaksin buatan mereka rendah.
Karenanya Gao mengungkapkan, saat ini pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mencampurkan vaksin tersebut agar tingkat efektivitasnya naik.
"(Vaksin China) tidak memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi," kata Gao Fu pada saat konferensi yang diselenggarakan pada hari Sabtu di Kota Barat Daya Chengdu, dilansir Seputartangsel.com dari AP News pada hari Senin, 11 April 2021.
Baca Juga: Buntut Konflik China dan Taiwan, AS Berseteru dengan Beijing dan Lancarkan Ancaman
Baca Juga: Innalillahi, Mbah Mad Drai, Legenda Persebaya Meninggal Dunia Penggemarnya Turut Berduka
"Sekarang dalam pertimbangan formal apakah kami harus menggunakan vaksin yang berbeda dari jalur teknis yang berbeda," sambungnya.
Meski pernyataan Gao tidak ditanggapi secara langsung oleh pejabat lain di dalam konferensi, namun mereka mengatakan bahwa pengembang sedang mengerjakan vaksin berbasis mRNA.
"Vaksin mRNA yang dikembangkan di negara kami juga telah memasuki tahap uji klinis," kata pejabat Wang Huaqing.
Baca Juga: Begini Panduan Pelaksanaan Ibadah Ramadhan di DKI Jakarta, Shalat Berjamaah Diperbolehkan di Masjid
Baca Juga: Tokoh Papua Christ Wamea: Bangun Tugu Sepeda Saja Dipermasalahkan, Sementara Korupsi Bansos Tidak
Menurut keterangan para ahli, mencampurkan vaksin atau imunisasi secara berurutan dapat meningkat efektivitas vakasin.
Begitu juga dengan para peneliti dari Inggris yang sedang mempelajari kemungkinan kombinasi Pfizer-BioNTech dan Astrazeneca tradisional.
Berdasarkan penelitian oleh para ahli di Brazil, vaksin Sinovac yang dibuat oleh sebuah perusahaan swasta dari China diketahui memiliki tingkat efektivitas 50,4 persen.
Baca Juga: Usai Ambil Alih Pengelolaan TMII, Kemensetneg Minta Aspirasi Masyarakat Agar Dikelola Berkonsep 4.0
Baca Juga: IIMS 2021 akan Digelar 15 April di JIExpo Kemayoran
Angka tersebut hanya sedikit melebihi ambang batas minimal, yakni 50 persen.
Lain halnya dengan vaksin Pfizer-BioNTech yang terbukti 97 persen efektif.
Para pakar kesehatan mengatakan, vaksin China kemungkinan tidak akan dijual ke Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Jepang karena rumitnya perizinan.***