Kemanjuran Vaksin Sinovac Diusulkan Dipublikasikan di Jurnal Internasional

21 Mei 2021, 00:52 WIB
Ilustrasi vaksinasi /Sumber: Freepik / Freepik/

SEPUTARTANGSEL.COM – Kemanjuran vaksin Sinovac yang menjadi penelitian Kementerian Kesehatan diusulkan dipublikasikan melalui jurnal internasional.

Usulan tersebut datang dari Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra Yoga Aditama.

Dia mengatakan,"Usul saya adalah agar hasil penelitian Balitbangkes ini dipublikasi di peer reviewed international journals karena biasanya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi ilmiah internasional lainnya akan menggunakan jurnal internasional sebagai dasar pengambilan kebijakan.”

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Dosis Pertama dan Kedua Harus Satu Jenis, Begini Alasannya

Vaksin Sinovac hingga saat ini belum memperoleh Emergency Use of Listing (EUL) dari WHO.

EUL penting dimiliki produk vaksin Covid-19. Sebab beberapa negara di dunia saat ini menggunakan jenis vaksin yang berbeda.

Salah satu dampaknya dialami dua anak Tjandra yang kini sudah sepekan berada di New York Amerika Serikat.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo, Staf Medis Siap Dikirimkan dan Vaksin Tersedia

Mereka diminta otoritas setempat untuk diimunisasi ulang menggunakan vaksin yang sudah disetujui Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat.

"Anak saya itu baru sepekan di New York, di Jakarta sudah disuntik Sinovac dua kali, sampai di Amerika Serikat diminta di vaksin yang sudah FDA approved. Bingung juga memutuskannya, nggak ada kepustakaannya yang sudah dapat Sinovac lalu harus dapat Pfizer atau Moderna lagi," katanya.

Ahli Mikrobiologi Universitas Padjadjaran Mia Miranti mempertanyakan akurasi metode penelitian yang dilakukan Balitbangkes terhadap efektivitas Sinovac.

Baca Juga: Ekstremis Israel Menyerang Biarawan Kristen, Satu Luka di Mata

"Yang jadi pertanyaan saya dalam metode penelitian Balitbangkes terhadap Sinovac ini apakah setelah tenaga kesehatan ini divaksinasi kemudian dikasih jeda sampai imunnya terbentuk, baru mereka diteliti. Sebab berdasarkan penelitian perlu dua pekan hingga 28 hari sampai imun terbentuk," katanya.

Menurut Mia efektivitas Sinovac yang diklaim Balitbangkes mencapai rata-rata 94 persen merupakan angka yang cukup tinggi.

Namun tak dipungkiri bahwa terdapat laporan sejumlah penerima vaksin Sinovac yang terinfeksi maupun reinfeksi SARS-CoV-2.

Baca Juga: Presiden Palestina: Israel Melakukan Kejahatan Perang di Gaza

"Sebab saat ini mutasi virus Corona juga ada di Indonesia," katanya.

Dikutip dari Antara, Balitbangkes sebelumnya melakukan kajian cepat terhadap efektivitas vaksin Covid-19 Sinovac pada tenaga kesehatan. Hasilnya, dosis lengkap vaksin menurunkan risiko gejala parah hingga 94 persen, 96 persen risiko perawatan, dan 98 persen mencegah kematian.

Ketua Tim Peneliti Efektivitas Vaksin Kementerian Kesehatan Pandji Dhewantara dalam keterangan tertulis mengatakan kajian cepat dilakukan pada periode 13 Januari sampai 18 Maret 2021 kepada tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta. Kajian cepat ini menggunakan desain kohort retrospektif, yakni menelusuri riwayat setiap individu.

Baca Juga: Tiga Kecamatan di Aceh Barat Belum Terjangkau Sinyal Telepon Selular

Penelitian ini berfokus pada kelompok tenaga kesehatan baik yang belum divaksinasi maupun yang sudah di vaksinasi. Baik dosis pertama maupun yang sudah vaksinasi lengkap.

Kajian melibatkan lebih dari 128 ribu orang dengan usia di atas 18 tahun dan rata-rata dari partisipan yang diikutkan 60 persen perempuan dengan rata-rata berusia 30 tahun.***

Editor: Ignatius Dwiana

Tags

Terkini

Terpopuler