Tsunami Covid-19 Mencapai 18,8 Juta Orang, Ilmuwan India Perkirakan Puncaknya Pekan Depan

1 Mei 2021, 13:25 WIB
Persiapan kremasi masal yang meninggal karena Covid-19 di New Delhi, India, pada 26 April 2021. /Sumber: Reuters / Adnan Abidi/

SEPUTARTANGSEL.COM – Tsunami kasus Covid-19 di India semakin melonjak tinggi.

Pasalnya, negara itu telah mencatat total kasus Covid-19 yang mencapai 18,8 juta orang.

Laporan data kesehatan India menyebutkan lebih dari 300.000 orang terinfeksi setiap harinya selama sembilan hari berturut-turut.

Seperti dikutip dari Reuters, dilaporkan 386.452 orang telah terinfeksi pada Jumat, 30 April 2021. Selain itu, total kematian mencapai 208.000 kasus.

Baca Juga: Program Kemenaker Telah Digencarkan, Guna Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja

Lonjakan angka kasus Covid-19 tersebut telah menyebabkan krisis kesehatan masyarakat di India.

Pemerintah India berupaya untuk mencari oksigen, obat-obatan, dan kebutuhan penting lainnya yang semakin menipis dari negara-negara di seluruh dunia.

"Kami meyakini kasus baru harian di seluruh negeri akan mencapai puncaknya pada pekan depan " kata M. Vidyasagar, seorang kepala kelompok ilmuwan yang ditunjuk pemerintah India.

Sebelumnya, kelompok ilmuwan itu mengatakan dalam presentasi pada 2 April 2021 bahwa kasus Covid-19 akan mencapai titik puncaknya antara 5 Mei hingga 10 Mei 2021.

Baca Juga: KKB Papua Disebut Teroris, KSP: Berdasarkan Pertimbangan Matang

“Cobalah untuk mencari tahu bagaimana kita akan bertarung dalam menghadapinya dalam waktu empat sampai enam minggu ke depan, itulah pesannya. Jangan buang banyak waktu untuk mencari solusi jangka panjang karena masalah saat ini," kata Vidyasagar.

Ribuan orang di negara itu panik mencari ketersediaan tempat tidur maupun oksigen di rumah sakit, terutama di unit perawatan intensif atau ICU yang habis dalam hitungan beberapa menit.

Militer India telah mulai bergerak dengan sigap untuk memindahkan persediaan utama. Seperti tabung oksigen ke seluruh negara dan akan membuka fasilitas perawatan Kesehatan untuk warga sipil.

Seorang eksekutif industri termuka memperkirakan krisis oksigen di negara itu akan mereda pada pertengahan Mei 2021 dengan meningkatkan 25 persen produksinya dan sistem transportasi yang siap untuk mengatasi pandemi tersebut.

Baca Juga: Wah, Disney Akan Tutup Siaran di Asia Tenggara dan Hong Kong

“Harapan saya adalah kami pasti akan memiliki infrastruktur transportasi yang memungkinkan kami untuk melayani permintaan ini di seluruh negeri pada pertengahan Mei mendatang” kata Moloy Banerjee dari Linde Plc (LIN.N), produsen oksigen terbesar di India.

Menurut para ahli, solusi terbaik untuk menghadapi persoalan tersebut adalah dengan melakukan vaksinasi kepada populasinya yang besar.

Meski sebagai produsen vaksin terbesar di dunia tetapi India tidak dapat mencapai 800 juta dosis.

Sejumlah orang mengaku telah mengalami kegagalan saat hendak mendaftar vaksinasi karena tidak mendapatkan slot. Bahkan, situs web pendaftaran mengalami kemacetan.

Baca Juga: Ini Cara Mendaur Ulang Alat Tes Antigen Bekas Menurut Pengakuan Tersangka di Medan

Menanggapi sulitnya mendapatkan akses layanan vaksinasi, seorang pejabat lokal mengatakan bahwa selama tiga hari kota Mumbai telah menghentikan program vaksinasi lantaran persediaan yang semakin menipis.

Sementara di India daerah Maharashtra, diperkirakan akan terkena dampak paling parah dan akan memperpanjang pembatasan secara ketat selama dua minggu kedepan.

Tidak tinggal diam, negara-negara sahabat turut membantu dengan mengirimkan bantuan sejumlah fasilitas peralatan kesehatan.

Rusia mengirimkan dua pesawatnya ke negara itu dengan membawa 20 konsentrator oksigen, 75 ventilator, 150 monitor samping tempat tidur, dan 22 ton obat-obatan.

Baca Juga: Ingat, Orang Tua Wajib Lengkapi Imunisasi Dasar Anak Meski Pandemi Covid-19

Amerika Serikat mengirimkan sejumlah pasokan senilai lebih dari US$100 juta, berupa 1.000 tabung oksigen, 15 juta masker N95, dan 1 juta tes diagnostik cepat.

Negara Paman Sam itu juga telah mengalihkan pesanan vaksin AstraZeneca lebih dari 20 juta dosis ke India.

Selain itu, Bangladesh menyebutkan akan mengirim bantuan, berupa sekitar 10.000 botol obat anti-virus dan 30.000 perlengkapan APD.

Sementara itu, India akan menerima gelombang pertama vaksin Sputnik V Rusia pada 1 Mei mendatang. Dana kekayaan kedaulatan RDIF Rusia, yang memasarkan Sputnik V secara global, dimana  telah menandatangani kesepakatan dengan lima produsen India untuk lebih 850 juta dosis vaksin setahun.***

Editor: Ignatius Dwiana

Tags

Terkini

Terpopuler