Ekspor Kopi Terhenti, Akibat Unjuk Rasa Berhari-hari di Kolombia

- 6 Mei 2021, 07:46 WIB
Bentrokan polisi dengan warga pengunjuk rasa pada aksi protes 28 April 2021 di Kolombia.
Bentrokan polisi dengan warga pengunjuk rasa pada aksi protes 28 April 2021 di Kolombia. /Foto: Reuters/

SEPUTARTANGSEL.COM – Warga Kolombia turun ke jalan hampir di seluruh negeri. Aksi tersebut menandai hari ke delapan unjuk rasa yang sudah memakan korban sedikitnya 24 orang tewas.

Awalnya demonstrasi menuntut dibatalkannya pemberlakuan reformasi pajak. Setelah beberapa hari, keinginan warga yang diwakili para demonstran terwujud.

Demonstrasi dan penolakan oposisi di parlemen menyebabkan reformasi pajak ditarik alias dibatalkan. Bahkan Menteri kKeuangan Kolombia akhirnya mengundurkan diri.

Baca Juga: Survei BPS: Penduduk Usia Kerja Terdampak Covid-19 Berkurang

Meski demikian unjuk rasa tidak berakhir seiring dicabutnya reformasi pajak. Kini rakyat menuntut pemerintah untuk segera mengatasi kemiskinan, kekerasan yang kerap dilakukan polisi, serta peningkatan layanan kesehatan dan pendidikan.

Presiden Ivan Duque menyatakan akan mendengar tuntutan rakyat. Namun, setelah aksi brutal polisi yang menewaskan banyak pengunjuk rasa pemerintah juga sudah melakukan penangkapan pada 550 orang. Mereka menganggap para penyelundup narkoba berada di belakang aksi.

Di luar hal di atas, unjuk rasa yang menutup banyak jalan juga sudah membuat ekspor kopi, produk andalan kolombia terhenti.

Baca Juga: Parlemen Selandia Baru Nyatakan China Pelaku Pelanggaran HAM Berat Atas Warga Uighur di Xinjiang

"Kami dihentikan sepenuhnya, ekspor dihentikan, tidak ada pergerakan kopi ke pelabuhan atau internal," kata kepala federasi pertanian Roberto Velez dalam wawancara.

Blokade jalan menjadi bagian dari seruan pemogokan nasional yang diprakarsai pengunjuk rasa.

Salah satu penutupan jalan terbesar dilakukan di Pelabuhan utama di kota Pasifik Buenaventura. Mereka mencegah barang tiba dan berangkat dari daerah tersebut.

Baca Juga: Ramai Dihujat Netizen Karena Ceramah di Gereja, Ini Jawaban Gus Miftah

Belum disebutkan jumlah kerugian yang diderita perekonomian Kolombia akibat terhentinya ekspor kopi. Yang pasti menurut Velez hal tersebut mempengaruhi petani di provinsi Huila, Valle del Cauca, Cauca dan Narino. Provinsi yang saat ini sedang mengalami panen raya kopi.

"Kami tidak memiliki perkiraan berapa banyak kopi yang dihentikan tetapi kami telah melewati 4 atau 5 hari tanpa dapat mengekspor," ujar Velez menjelaskan posisi mereka. Dia juga berharap, kondisi kekacauan tidak berlanjut dan menghancurkan ekonomi secara nasional.

Saat ini, petani belum dibebani pajak untuk ruang penyimpanan pajak. Namun, jika blokade terus berlanjut, ruang penyimpanan akan penuh dan petani akan dikenai pajak.

Baca Juga: Ibadah Ramadhan Saat Pandemi, Simak Tips Dokter Ini

Sampai saat ini belum ada protes dari petani kopi. Mereka adalah rakyat dengan penghasilan di atas rata-rata. Kopi mempunyai harga cukup tinggi di pasar New York AS. ***

Sumber: Reuters

Editor: Ignatius Dwiana


Tags

Terkait

Terkini