Penyebab kebencian Anti-Asia yang semakin parah adalah saat retorika politis dibawah masa kepimpinan Mantan Presiden AS ke-45, Donald Trump, yang gemar menyebarkan sindiran kepada otoritas China, yang mengkaitkan negara tirai bambu tersebut sebagai penyebar virus Covid-19.
Donald Trump dengan sengaja mempopulerkan label "virus China" sejak 23 Maret 2020, hingga masa jabatan berakhir pun dirinya masih bersikeras bahwa pandemi yang terjadi merupakan kesalahan China.
Akibatnya, kelompok advokasi Stop AAPI (Asian American Pacific Islander) Hate mencatat terdapat 3.795 laporan kebencian terhadap warga AS yang memiliki darah Asia selama masa pandemi Covid-19.
Seorang juru bicara Sekretaris Jenderal PBB mengatakan bahwa Antonio Gutteres menaruh keprihatinan yang besar setelah melihat kekerasan terhadap orang Asia dan orang Amerika yang semakin meningkat.
Dalam laporan Kelompok Advokasi Stop AAPI Hate, kerentanan etnis minoritas berdarah Asia dibuktikan dengan adanya pelecehan secara verbal maupun fisik, penindasan di sekolah, diskriminasi di tempat kerja, maupun ujaran kebencian di platform media sosial ataupun media pers.
Baca Juga: Muncul Gunung Emas di Kongo dan Pasir Emas di Maluku, Sebagai Bagian Tanda-Tanda Akhir Zaman?
Kini Long telah ditangkap oleh pihak kepolisian setelah aksi penembakan membuat orang Asia semakin waspada dan terasing di negara Paman Sam itu.