Sejumlah Negara Mulai Membaik, Indonesia Justru Mulai Memasuki Resesi

- 5 November 2020, 16:18 WIB
Ilustrasi aktivitas jual beli di Pasar Kanoman, Cirebon, Jawa Barat.
Ilustrasi aktivitas jual beli di Pasar Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. /Foto: Seputartangsel.com/Sugih Hartanto/

SEPUTARTANGSEL.COM - Perekonomian di sejumlah mulai membaik pada Kuartal III-2020 dibandingkan kuartal kedua lalu, meski masih tertahan akibat jumlah kasus Covid-19 yang tinggi.

Di saat yang sama, Indonesia justru memasuki resesi pasca pertumbuhan pada kuartal III yang minus 3,49 persen.

Beberapa mitra dagang Indonesia juga masih terkontraksi meskipun tidak sedalam pada April-Juni 2020.

Baca Juga: Libas Resesi, Promosikan Bisnis UMKM Anda di Seputartangsel.com, Gratis!

Baca Juga: Sah! Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Triwulan III Minus 3,49 Persen

"Cuma Tiongkok yang perekonomian sudah tumbuh sebesar 4,9 persen secara tahunan, sedangkan Amerika Serikat masih negatif sebesar 2,9 persen, Singapura minus 7 persen dan Korea Selatan minus 1,3 persen," terang Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konfrensi pers melalui video streaming BPS, Kamis 5 November 2020.

Suhariyanto menjelaskan pertumbuhan Kuartal III minus 3,49 persen secara tahunan, lebih dalam dibandingkan prediksi pemerintah yang hanya berada di rentang minus 2,9 persen, hingga minus 1 persen.

Tetapi, kontraksi ekonomi ini lebih rendah dibandingkan kuartal II 2020 yang mencapai 5,32 persen.

Baca Juga: Habib Rizieq Akan Pulang ke Indonesia, Mahfud MD: Kita Tidak Khawatir, Dia Bukan Khomeini

Baca Juga: Oknum Polisi yang Melempar Anak Kucing ke Parit Akan Diberi Sanksi Etik

Suhariyanto mengungkapkan bahwa produk domestik bruto atas dasar harga berlaku pada kuartal III-2020 sebesar Rp 3.894.7 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 2,720,6 triliun.

"Kalau dibandingkan dengan posisi kuartal III 20191, tentu ekonomi Indonesia terkontraksi 3,49 persen, meski masih kontraksi. Sehingga kondisi ini masih lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya dan diharapkan akan meningkat atau membaik kuartal IV," tambahnya.

Suhariyanto mengungkapkan, meskipun masih terkontraksi dibandinhkan periode yang sama tahun lalu, ekonomi Indonesia tumbuh dibandingkan kuartal II 2020 sebesar 5,05 persen.

Baca Juga: PS5 Segera Diluncurkan, Ini Taksiran Harganya

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Gelombang Kedua, Ini Jadwalnya Kata Menaker

"Untuk kumulatif atau sepanjang Januari-September 2020, ekonomi tercatat terkontraksi atau minus daripada periode sebelumnya yang sama di tahun lalu," jelasnya.

Menurutnya, kontraksi terjadi pada semua komponen kecuali pada konsumsi pemerintah mencatat pertumbuhan tertinggi secara kuartalan yang mencapai hingga 16,93 persen dan menjadi satu satunya komponen yang tumbuh secara tahunan mencapai 9,76 persen.

Ini seiring realisasi belanja negara pada kuartal ketiga yang mencapai Rp771,37 triliun, meningkat 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: Oxford Siap Laporkan Hasil Uji Klinis Vaksin Covid-19 pada Akhir Tahun 2020

Baca Juga: Deklarasikan Kemenangan, Cuitan Trump Justru Dianggap Menyesatkan oleh Twitter

Dia juga menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi andalan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terpukul cukup dalam dan negatif 4,04 persen dibandingkan kuartal III 2019, namun tumbuh positif 4,7 persen dibandingkan kuartal II 2020.

Kemudian, konsumsi rumah tangga yang anjlok antara lain dikarenakan oleh daya beli masyarakat yang masih turun.

Terlihat juga dari deflasi yang terjadi tiga bulan berturut-turut sejak Juli-September 2020, seperti terlihat dalam databoks.

Baca Juga: Candaan kepada Pelawak Senior Malih Berlebihan, Ade Londok Minta Maaf dan Gak Mau Jadi Artis Lagi

Baca Juga: Trump Bersikeras Unggul, Anggap Electoral Votes Bagian Penipuan dari Rakyat Amerika

Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, hanya konsumsi LPNRT negatif 2,12 persen, investasi 6,48 persen, eskpor 10,82 persen, dan impor 21,86 persen.

Namun dibandingkan kuartal lalu, investasi atau PMTB tumbuh 8, 45 persen ekspor tumbuh 6,14 persen, konsumsi LPNRT tumbuh 0,56$, sementara impor menjadi satu-satunya yang tercatat negatir 0,08 persen.

"Struktur PDB dari sisi pengeluaran tidak banyak berubah, 88,4 persen berasal dari konsumsi pemerintah sumbangannya 9,76 persen. Sehingga jika tiga komponen ini terganggu, tentu PDB kita masih akan rendah," paparnya.

Baca Juga: Habib Rizieq Shihab Pulang ke Indonesia, Ini Dua Agendanya

Baca Juga: Joe Biden di Ambang Kemenangan, Donald Trump Punya Kesempatan Terakhir di Electoral Votes

Ia menambahkan, dari 17 sektor ekonomi, tujuh sektor ekonomi masih tumbuh positif secara tahunan meski masih melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Tujuh sektor itu adalah pertanian, adminitrasi pemerintahan, infokom, jasa pendidikan, real estate, jasa kesehatan, dan pengadaan air," terangnya.

Selanjutnya untuk sektor paling tinggi yakni, jasa kesehatan mencapai 15,33 persen, kemudian informasi dan komunikasi yang tumbuh mencapai 10,61 persen, dan pengadaan air tumbuh 6.04 persen.

Sementara itu, 10 sektor mengalami kontraksi meski tidak sedalam kuartal II 2020. Industri pengolahan minus 6,19, akomodasi makanan minuman minus 11, 86 persen dan jasa perusahaan negatif 7,6 persen.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x