Ma’ruf Amin Sebut Orang yang Suka Mempublikasikan Amal, Terjebak pada Mental Pencitraan

- 26 Oktober 2020, 21:02 WIB
Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin
Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin /Foto: Twitter @Kiyai_MarufAmin/

SEPUTARTANGSEL.COM – Di era digital saat ini, banyak orang lebih mementingkan pencitraan dengan mempublikasikan perbuatan amalnya ke dalam media sosial.

Melihat fenomena itu,  Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan bahwa saat ini banyak orang terjebak dalam mental pencitraan itu.

Menurut Ma’ruf, orang yang mengutamakan publikasi tersebut, justru mengesampingkan niat untuk berbuat baik itu sendiri.

Baca Juga: Fenomena La Nina Bisa Berdampak Kerawanan Pangan, Ini Tujuh Strategi Mentan Syahrul Yasin Limpo

Baca Juga: Buntut Ucapan Presiden Macron, Paul Pogba Dikabarkan Mundur dari Timnas Prancis

“Saat ini banyak orang terjebak pada mentalitas syuhrah, yaitu mentalitas pencitraan diri agar dikenal luas. Amal kebaikan yang dilakukan diorientasikan agar di-cover media secara luas," kata Ma’ruf Amin.

"Motivasinya hanya untuk membentuk citra diri, bukan berbuat kebajikan itu sendiri,” urainya, dalam sambutan pada acara Haul ke-39 KH Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar atau dikenal dengan Mbah Hamid Pasuruan secara virtual dari Jakarta, Senin 26 Oktober 2020.

Publikasi amal kebaikan itu, kata Ma’ruf, justru digunakan oleh sebagian orang sebagai alat ukur terhadap kebaikan orang lain.

Baca Juga: Duh, Film Produksi NU Ini Panen Kritik Netizen

Baca Juga: Gelar Operasi Zebra Jaya 2020, Ini Lima Pelanggaran yang Akan Ditindak Tegas

Padahal, tegas Ma'ruf, tidak semua hal yang dipublikasikan tersebut memiliki dampak positif.

“Publisitas di era digital ini seakan menjadi kata kunci untuk mengukur kebaikan seseorang. Padahal belum tentu apa yang di-publish tersebut mempunyai dampak positif yang lebih besar daripada yang tidak di-publish,” ungkap Ma’ruf.

Oleh sebab itu, Ma’ruf berharap umat Islam lebih menekuni sikap Mbah Hamid yang menerapkan ajaran khumul, dengan mengutamakan pada kegiatan kebaikan dan menutupi kebaikan tersebut supaya tidak diketahui orang lain.

Baca Juga: Kata Kadiv Humas Polri, Polisi yang Terlibat Kasus Narkoba Harus Dihukum Mati

Baca Juga: Presiden Jokowi Lantik 12 Dubes LBBP RI, Ini Nama-namanya

“Saya sangat mengagumi Mbah Hamid yang dalam kehidupan kesehariannya sangat tawadhu, sederhana dan menjauh dari publisitas. Hal seperti itu dalam tradisi ilmu tasawuf dikenal dengan khumul, yaitu fokus pada aktifitas kebaikan dengan membungkus dan menutupinya agar tidak diketahui orang lain,” tutur Ma’ruf.

Lebih lanjut, Ma’ruf mengatakan, perkembangan teknologi digital harus dapat dimanfaatkan dengan benar untuk tujuan kebaikan.

Alih-alih untuk memamerkan kebaikan, media sosial seharusnya digunakan untuk menyebarkan ajaran agama Islam dengan baik.

Baca Juga: Satire! Melanie Subono Kritisi Pembangunan Mega Proyek Pulau Komodo

Baca Juga: Operasi Zebra di Jaktim di Tiga Titik Ini

Salah satu cara memanfaatkan teknologi digital untuk kemaslahatan umat Islam ialah melalui penyebaran dakwah.

“Meskipun begitu, dakwah melalui media digital sesungguhnya juga diperlukan pada era saat ini karena dakwah melalui digital jangkauannya lebih luas dan dapat dilakukan kapan dan dimana saja,” kata Ma’ruf.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x