Fenomena La Nina Bisa Berdampak Kerawanan Pangan, Ini Tujuh Strategi Mentan Syahrul Yasin Limpo

- 26 Oktober 2020, 20:56 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. /Foto: Twitter @Syahrul_YL

SEPUTARTANGSEL.COM - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjelaskan strateginya untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak fenomina La Nina.

Syahrul menyiapkan tujuh strategi menghadapi La Nina yang dapat menyebabkan banjir di lahan pertanian.

Langkah pertama, kata Syahrul, adalah pihaknya akan melakukan pemetaan (mapping) wilayah rawan banjir, sesuai dengan tingkat intensitas curah hujan di daerah tersebut.

Baca Juga: Buntut Ucapan Presiden Macron, Paul Pogba Dikabarkan Mundur dari Timnas Prancis

Baca Juga: Duh, Film Produksi NU Ini Panen Kritik Netizen

"Semua jajaran pemerintahan harus mampu mapping wilayah rawan banjir, yang mana wilayah merah, kuning dan hijau, semua tetap waspada dan kita prediksi daerah rawan itu. Kalau mapping-nya ada, tentu persiapan kita akan lebih maksimal," kata Syahrul Dalam konferensi pers penetapan target luas tanam di Ruang Agriculture War Room Kementan, Senin.

Kemudian, strategi kedua adalah sistem peringatan dini (early warning system) dengan melakukan pemantauan terhadap laporan cuaca dari BMKG agar dapat diantisipasi oleh jajaran Kementan.

Strategi ketiga membentuk brigade bencana alam yang siaga di setiap provinsi hingga kabupaten.

Baca Juga: Duh, Film Produksi NU Ini Panen Kritik Netizen

Baca Juga: Kata Kadiv Humas Polri, Polisi yang Terlibat Kasus Narkoba Harus Dihukum Mati

Kemudian, melakukan pompanisasi in and out dari sawah, serta melakukan rehabilitasi jaringan tersier terutama di daerah rawan banjir.

"Kelima, menggunakan benih yang tahan genangan, seperti varietas Inpara 1 sampai 10, Inpari 29, Inpari 30, varietas unggul lokal yang kita miliki," kata Syahrul.

Lebih lanjut, langkah keenam yakni memberikan asuransi usaha tani padi dan bantuan benih gratis bagi petani yang mengalami gagal panen (puso).

Yang terakhir, Kementan mengoptimalisasi kegiatan pascapanen dengan menggunakan pengering.

Baca Juga: Presiden Jokowi Lantik 12 Dubes LBBP RI, Ini Nama-namanya

Baca Juga: Satire! Melanie Subono Kritisi Pembangunan Mega Proyek Pulau Komodo

Syahrul menjelaskan bahwa puncak fenomena La Nina akan terjadi pada Desember 2020 sampai Januari 2021.

Dampak dari anomali iklim tersebut, akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia akan meningkat sebesar 20-40 persen di atas normal.

Akibatnya, intensitas curah hujan yang tinggi ini akan memicu banjir hingga tanah longsor. Beberapa wilayah yang diprediksi mengalami peningkatan curah hujan, yakni Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua.

Syahrul meminta pengering serta rice milling unit (RMU) menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah, terutama dinas pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x