Network
SEPUTARTANGSEL.COM – Viral dua pendaki berfoto bugil dengan latar belakang Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat.
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) menyayangkan ulah oknum pendaki tersebut.
Terkait hal tersebut, pihak kepolisian langsung bertindak dengan melakukan pengecekan akun yang mengunggah foto tersebut,dan melakukan pengejaran.
Baca Juga: POPULER HARI INI: Cara Daftar dan Cek Penerima BLT UMKM BPUM Hingga Tangsel Zona Merah Covid-19
Baca Juga: Bodebek Sumbang Kasus Terbesar di Jabar, Depok Jadi Wilayah Pertama Lokasi Vaksinasi Covid-19
Setelah sempat menghebohkan di media sosial, akhirnya kedua pendaki remaja pria itu menyatakan permintaan maafnya melalui media sosial milik pribadinya.
Keduanya menjelaskan alasan melakukan tindakan tidak senonoh tersebut.
“Halo, saya Eyi dan Bonda Ramadhan. Kami berdua ingin meminta maaf sebesarnya kepada seluruh teman-teman pendaki. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dan tidak menyukai postingan kami di Instragram pribadi milik kami, khususnya untuk masyarakat Jawa Barat dan juga teman-teman pendaki Indonesia,” katanya dikutip Seputartangsel.com dari PMJ News, Jumat 23 Oktober 2020.
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Tes Lagi, Masih Positif Covid-19 Jelang Juventus Bertemu Barcelona
Baca Juga: Salam Tiga Jari Demonstran Thailand, Terilhami Film ‘Hunger Games’
Keduanya berdalih, yang mereka lakukan adalah bagian riset artistik bertema fast fashion yang menuju kepada nudism.
Menurut mereka, nudism kali ini tubuh sebagai ekpresi, manifestasi prima pure manusia juga imaji tubuh telanjang dapat digunakan sebagai protes advokasi.
Baca Juga: Harun Masiku Sembilan Bulan Raib, KPK Evaluasi Tim Satgas Pemburu Buronan
Baca Juga: Dugaan Korupsi dan Kepemilikan Saham di Jiwasraya, Benny Tjokrosaputro: JPU Memanipulasi Fakta
"Jadi dapat mengubah sudut pandang masyarakat atau orang-orang di sekitar. Jadi, nudism yang dimaksud di sini itu menyuarakan atau protes atau advokasi melalui tubuh, yang biasanya disuarakan untuk hak-hak individu atau mungkin perjuangan gender seperti itu," tulis mereka.
Namun mereka mengaku salah menempatkan yang mereka sebut dokumen riset itu ke dalam unggahan sosial media mereka.***
