AJI: Aparat Sengaja Bertindak Represif Untuk Hilangkan Bukti Kekerasan

- 11 Oktober 2020, 13:16 WIB
Sebuah pos polisi dibakar pengunjuk rasa yang menolak pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja saat bentrok dengan polisi di kawasan Harmoni, Jakarta, Kamis 8 Oktober 2020. Unjuk rasa tersebut berakhir ricuh dan mengakibatkan sejumlah fasilitas umum rusak.
Sebuah pos polisi dibakar pengunjuk rasa yang menolak pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja saat bentrok dengan polisi di kawasan Harmoni, Jakarta, Kamis 8 Oktober 2020. Unjuk rasa tersebut berakhir ricuh dan mengakibatkan sejumlah fasilitas umum rusak. /Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww./

SEPUTARTANGSEL.COM - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menduga ada pola kekerasan yang sama dan berulang terhadap jurnalis oleh anggota Polisi saat demo Omnibus Law UU Cipta Kerja.

Menurut AJI, sebagian besar jurnalis akan menjadi korban kekerasan ketika sedang meliput atau merekam anggota polisi menganiaya massa aksi. 

"Polisi tidak mau kejahatannya diketahui publik. Akhirnya yang dia lakukan adalah mengintimidasi, merusak dan menghapus barang bukti," ujar Manan dalam diskusi daring AJI pada Sabtu, 10 Oktober 2020.

Baca Juga: Sempat Viral, Begini Kelanjutan Kasus Mobil Dinas TNI yang Dipakai Warga SIpil

Menurut Manan, setiap anggota polisi mengetahui tugasnya ketika turun dalam aksi unjuk rasa adalah memulihkan keamanan. Apalagi negara menjamin unjuk rasa lewat undang-undang.

Sehingga, ketika ada anggota yang memukul atau menganiaya massa aksi, di mana perbuatan tersebut telah melanggar UU, maka polisi akan berusaha menekan atau menghilangkan kasus dengan menghilangkan barang butki.

Baca Juga: Ramai Demo Omnibus Law, Ini Sikap Tegas Melly Goeslaw

"Makanya mereka menyerang wartawan. Kalau mereka lagi menolong orang, enggak mungkin wartawan dapat kekerasan, malah mungkin dapat reward karena sudah mendokumentasikan," kata Manan.

Dalam aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja pada 6-8 Oktober, AJI Indonesia mencatat ada 28 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Puluhan kasus itu terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.

Halaman:

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x