Tanggapi Prediksi Pemerintah Soal Puncak Omicron pada Februari, Dokter Tirta: Apa yang Harus Kita Lakukan?

- 26 Januari 2022, 15:15 WIB
Dokter Tirta menanggapi prediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron pada Februari 2022.
Dokter Tirta menanggapi prediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron pada Februari 2022. /Tangkapan layar YouTube Tirta PengPengPeng

SEPUTARTANGSEL.COM - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan puncak gelombang kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022.

Menurut Budi Gunadi Sadikin, sebagian besar kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron di dunia berlangsung sangat cepat dan singkat, yaitu berkisar antara 35 hingga 65 hari.

Munculnya prediksi kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron menurut Relawan Penangan Covid-19, Dokter Tirta Mandira Hudhi bukanlah hal baru.

Baca Juga: Pintu Masuk RI Dibuka Bagi Semua Negara, Dokter Tirta: Nanti Kasus Covid-19 Naik, yang Mau Lebaran Disalahin

Dokter Tirta mengungkapkan prediksi puncak gelombang varian Omicron sudah diprediksikan oleh para ahli pada tahun 2021, termasuk oleh dirinya.

Hal itu diungkapkan oleh Dokter Tirta melalui sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Tirta PengPengPeng pada Selasa, 25 Januari 2022.

"Saya pernah buat vlog mengatakan puncak Covid-19 terjadi mungkin akhir tahun atau awal Januari atau Februari itu gelombang 3. Itu masih saya pinned di TikTok. Semua ahli itu sudah memprediksikan Februari atau Maret," kata Dokter Tirta.

Menurut YouTuber sekaligus Influencer itu, prediksi puncak gelombang varian Omicron itu dikarenakan banyak masyarakat yang melakukan liburan, baik di luar maupun di dalam negeri.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Jakarta Terus Naik, Dokter Tirta: Ini Alarm Bagi Kita, Harus Waspada dan Bukan Panik

Pasalnya, dia mengungkapkan tidak ada aturan yang melarang masyarakat untuk pergi berlibur. Oleh karena itu, dia mengatakan tidak perlu menyalahkan orang yang liburan ketika kasus Covid-19 mengalami kenaikan.

Dokter Tirta menegaskan yang lebih penting adalah memikirkan hal yang akan akan dilakukan ketika kasus Covid-19 varian Omicron naik dan turun.

"Yang harus kita kritisi adalah apa yang harus kita lakukan ketika naik? Karena kelak ketika Omciron turun kita nggak tahu ada mutasi apa nggak," ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan beberapa hal yang bisa dilakukan ketika adanya kenaikan kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron.

Baca Juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Booster, Dokter Tirta: Keputusan Ini Sangat Bijak, Tapi Sosialisasinya Harus Baik

Pertama adalah memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan, terutama di daerah-daerah yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 pada bulan Juli-Agustus 2021 lalu.

Kedua, menyiapkan tempat isolasi terpusat dan berjaga-jaga untuk melakan isolasi mandiri (isoman) ketika mengalami gejala ringan atau sedang.

Ketiga, kembali menerapkan PPKM, bekerja dari rumah (WFH), pembelajaran tatap muka (PTM) ditunda lebih dulu bagi daerah-daerah yang mengalami lonjakan kenaikan kasus Covid-19.

"Itu tentatif tergantung dari daerah masing-masing. Tergantung kebijakan kepala daerah dan masing-masing daerah," ucapnya.

Baca Juga: Vanessa Angel dan Suami Tewas Kecelakaan di Tol Nganjuk, Dokter Tirta: Mari Berhenti Sebar Foto Korbannya

Keempat adalah berhenti memperdebatkan Covid-19 merupakan konspirasi atau bukan karena virus tersebut akan tetap ada, seperti demam, flu, dan penyakit lainnya.

Selain itu, Dokter Tirta menyindir pemerintah karena membuka pintu masuk RI bagi warga negara asing (WNA). Padahal, puncak gelombang kenaikan kasus Covid-19 sudah diprediksikan jauh-jauh hari.

"Soal prediksi kemenkes ini sudah diprediksi jauh-jauh hari, lucu kalau WNA diizinkan masuk, harusnya daerah-daerah kasus tinggi India, Turki itu dibatasi," sindirnya.***

Editor: Asep Saripudin


Tags

Terkait

Terkini

x