Moeldoko Sebut Vaksin Berbayar Keinginan Rakyat, Sulfikar Amir Beri Julukan: The King of False Claim

- 14 Juli 2021, 12:26 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. / Antara/Rangga Pandu Asmara Jingga/


SEPUTARTANGSEL.COM - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan vaksin berbayar mandiri atau Vaksinasi Gotong Royong (VGR) merupakan keinginan rakyat.

Menurut Moeldoko, mereka menginginkan vaksin berbayar atau Vaksinasi Gotong Royong (VGR) sebagai upaya membantu pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.

Moeldoko menyebut, mereka yang berinisiatif membantu pemerintah tersebut adalah para pengusaha dan koperasi.

Baca Juga: Jubir Gubernur Lukas Enembe Kecam Risma: Papua Jauh dari Ibu Kota Tapi Tak Jauh dari Adab dan Kecerdasan

“Jadi ini bentuk inisiatif dan partisipasi ingin membantu pemerintah mempercepat target vaksinasi masyarakat,” kata Moeldoko dalam keterangan tertulis, dikutip pada Rabu, 14 Juli 2021.

Moeldoko mengatakan bahwa pemerintah mendukung inisiatif para pengusaha dan koperasi tersebut dengan membuka opsi vaksin berbayar.

Meski begitu, Moeldoko memastikan bahwa pemerintah tetap akan memberikan vaksin gratis kepada masyarakat yang merupakan hak warga negara untuk mendapatkannya.

Baca Juga: Ulil Abshar Abdalla Minta Presiden Jokowi Turun Langsung Perang Melawan Pandemi Covid-19: Mbok Kelihatan Gitu

Vaksin berbayar atau Gotong Royong menurutnya hanyalah alternatif yang diberikan pemerintah kepada rakyat.

“Tidak akan menggantikan atau menghapus program vaksin rakyat yang diberikan pemerintah secara gratis,” tuturnya.

Mantan Panglima TNI ini menegaskan bahwa tidak ada paksaan untuk memilih vaksin berbayar atau vaksin gratis.

Baca Juga: Sri Mulyani Dikabarkan Nyatakan PPKM Darurat Diperpanjang hingga 17 Agustus 2021, Begini Faktanya

“Tidak ada unsur paksaan, yang mampu silahkan dan bisa mengurangi beban anggaran negara,” ujarnya.

Prof Sulfikar Amir, pakar sosiologi bencana Nanyang Technological University (NTU), Singapura, menanggapi pernyataan Moeldoko yang mengatakan vaksin berbayar atau Gotong Royong merupakan keinginan rakyat.

Sulfikar menanggapi dengan memberi julukan kepada Moeldoko sebagai "The King of False Claim".

Baca Juga: Neneng Anjarwati Meninggal Akibat Covid-19, Unggahan Terakhirnya di Instagram Curi Perhatian

"The king of false claim ????" tulis Sulfikar singkat melalui akun Twitter pribadinya @sociotalker.

Sebelumnya, Sulfikar menilai diadakannya vaksin berbayar atau Gotong Royong ini sebagai tindakan biadap.

"Cuma ada satu kata buat perilaku inik: BIADAB!" Kata Sulfikar beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Neneng Anjarwati Meninggal Dunia, Inesya Balladiva Sangat Kehilangan Sosok Seniornya

Sulfikar mengaku telah memprediksi bahwa proyek vaksin Gotong Royong mengalami kebangkrutan karena banyak perusahaan yang tidak mampu membayarnya.

Oleh sebab itu, penggagas vaksin Gotong Royong ini menurut Sulfikar, sedang pindah haluan dengan sangat kasar yakni dengan menjualnya melalui Holding BUMN farmasi, Kimia Farma.

"Proyek “vaksin gotong royong” (spt gw predixi) sudah bangkrut krn bnyk perusahaan gak mampu bayar. sekarang mrk putar haluan dgn sangat kasar demi profit…diatas penderitaan jutaan rakyat indonesia! ????" ucapnya.

Baca Juga: Ulil Abshar Abdalla Beberkan Kesalahan Terbesar Jokowi Soal Corona: PPKM Darurat Diserahkan ke Luhut

Senada dengan Sulfikar, Ekonom senior INDEF Faisal Basri juga mengatakan bahwa vaksin berbayar itu merupakan tindakan biadab. Pasalnya, pasokan vaksin di Indonesia saat ini masih terbatas.

"Pasokan vaksin masih terbatas. Praktik jualan vaksin adalah tindakan biadab," kata Faisal Basri melalui akun Twitter pribadinya @FaisalBasri, dikutip Senin, 12 Juli 2021.

Faisal Basri meminta pemerintah melarang rencana penjualan vaksin itu, ditambah lagi yang menjual vaksin adalah BUMN.

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Buku Harian Seorang Istri 14 Juli 2021: Alya Tahu Identitas Nana dan Lala, Roni Kebingungan

"Pemerintah harus melarangnya, apalagi yang jualan BUMN," tuturnya.***

Editor: Muhammad Hafid


Tags

Terkait

Terkini

x