Tragedi Kanjuruhan: Viral Polisi Gunakan Buzzer Lewat Chat WhatsApp, Cuci Tangan Soal Gas Air Mata?

4 Oktober 2022, 08:27 WIB
Polisi diduga gunakan buzzer terkait penggunaan gas air mata di tragedi Kanjuruhan /Antara/Aribowo Sucipto/

SEPUTARTANGSEL.COM - Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur meninggalkan luka yang begitu dalam bagi dunia persepakbolaan Indonesia.

Setidaknya 448 orang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan, di mana 125 orang dinyatakan tewas dan 302 orang luka ringan. Sementara, sisanya 21 orang luka berat.

Meski demikian, data ini belum dapat dipastikan. Menurut kelompok suporter Arema, Aremania, jumlah korban tragedi Kanjuruhan melebihi data resmi pemerintah.

Baca Juga: Bela sungkawa dan Empati Korban Tragedi Kanjuruhan, Presiden Jokowi Beri Santunan Rp50 Juta

Pasalnya, banyak korban meninggal akibat tragedi Kanjuruhan yang langsung dibawa pulang ke daerah asal mereka sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.

Jatuhnya banyak korban dalam tragedi 1 Oktober 2022 kemarin diduga disebabkan oleh gas air mata yang ditembakan oleh aparat kepolisian ke arah penonton.

Bahkan, penggunaan gas air mata oleh polisi juga banyak disorot media asing. Salah satunya adalah The Guardian.

Banyak dari mereka yang mengkritik sikap polisi. Pasalnya, FIFA telah melarang keras penggunaan gas air mata dalam pengamanan pertandingan sepak bola.

Baca Juga: Ingatkan Polisi di Stadion Kanjuruhan Agar Tak Pakai Gas Air Mata, Supporter Arema Diusir dari Lapangan

Hal ini tertuang dalam regulasi FIFA Bab III tentang Stewards, Pasal 10 soal Steward di pinggir lapangan.

Terlebih menurut Amnesti Internasional, paparan gas air mata bisa menyebabkan sensasi terbakar serta memicu mata berair, batuk, sesak dada, gangguan pernapasan, dan iritasi kulit.

Belakangan viral informasi yang mengatakan polisi sengaja menggunakan buzzer terkait tragedi Kanjuruhan.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Andika Perkasa Akan Pidanakan Oknum TNI yang Lakukan Kekerasan, Ini Kata Susi Pudjiastuti

Informasi ini diunggah pertama kali oleh akun Twitter @almertarandha pada Senin, 3 Oktober 2022.

Dalam informasi tersebut, pemilik akun mengatakan ada yang sengaja mengirim rekaman suara atau voice note via chat WhatsApp yang berisi klarifikasi penjual warung di Stadion Kanjuruhan.

Dalam pernyataannya, penjual tersebut menuturkan banyaknya korban meninggal bukan disebabkan gas air mata yang digunakan polisi, melainkan penonton yang saling terhimpit.

"BUZZER PRO POLISI PAS TRAGEDI KANJURUHAN PAKE STRATEGI BARU.. ngirim voicenote yang ceritanya klarifikasi dari penjual warung di stadion, intinya meninggal banyak bukan gr2 gas air mata tapi sesama penonton yg "uyel2"an," tulis akun tersebut, dikutip SeputarTangsel.com pada Selasa, 4 Oktober 2022.

Baca Juga: Viral Oknum TNI Tendang Suporter dari Belakang di Tragedi Kanjuruhan, Fadli Zon: Brutal, Jauh dari Profesional

Namun setelah nomor telepon tersebut ditelusuri melalui aplikasi Get Contact, yang muncul adalah tukang pijat yang diketahui bernama Akim dan berdomisili di Bandung, Jawa Barat.

Padahal, menurut pemilik akun, dirinya tidak pernah mencari tukang pijat di Bandung.

"pas di getcontact keluarnya beginian.. sejak kapan saya pernah nyari kang pijet di bandung..," tuturnya.

Baca Juga: Komisi X DPR RI Desak Penghentian Sementara Pertandingan Liga 1 hingga Liga 3 Menyusul Tragedi Kanjuruhan

Pemilik akun menduga hal ini strategi polisi untuk menghasut masyarakat.

"kacau sih yak strateginya pak pol ini, buat orang2 tertentu yang gampang kehasut dll pasti percaya2 aja," ucapnya.

"maksud saya ya yaudah diselidiki aja.. karna yang salah memang banyak pihak, gak cuma 1 aja.. jangan malah pake gerakan aneh gini, asli aneh," tambahnya.

Pemilik akun Twitter @almertarandha juga menyebut rekaman suara yang diduga dari pihak kepolisian terkait tragedi Kanjuruhan itu dikirim ke nomor WhatsApp secara acak.

Baca Juga: Choirul Anam Sebut ada Indikasi Pelanggaran HAM saat Kerusuhan Terjadi di Stadion Kanjuruhan

Bahkan menurutnya, nomor tersebut merupakan nomor bekas yang sudah lama kadaluwarsa.

Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Ainun Nadjib mengaku juga mendapatkan chat WhatsApp dan link TikTok mengenai rekaman suara yang sama.

Ainun Nadjib merasa skeptis ketika orang yang mengaku sebagai penjual di depan Stadion Kanjuruhan menggunakan aksen yang berbeda.

Baca Juga: Ditendang, Dipukul Hingga Tersungkur, Aksi Oknum TNI AD Melerai Suporter Kelewat Batas, Tragedi Kanjuruhan

"Saya dapat forwardan voice note dan link ke TikTok ber-audio yang sama.

Langsung skeptis ketika suara (yang katanya penjual warung di stadion Malang) menyebut “polisi dari Batu” dengan ucapan BBatu bukan mBatu," tuturnya melalui akun Twitter @ainunnajib pada Senin, 3 Oktober 2022.

Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah rekaman suara yang berisi klarifikasi soal tragedi Kanjuruhan itu sengaja dikirimkan oleh pihak Kepolisian.***

Editor: H Prastya

Tags

Terkini

Terpopuler