Yusuf Martak Pernah Bertemu Jokowi Bahas Kasus Ahok dan Habib Rizieq, Singgung Wiranto hingga Denny Siregar

29 Januari 2022, 07:27 WIB
Yusuf Martak akui pernah bertemu dua kali dengan Presiden Jokowi bahas kasus Ahok dan Habib Rizieq /Tangkapan Layar YouTube Refly Harun/

 

SEPUTARTANGSEL.COM - Ketua Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama M Yusuf Martak mengungkapkan, dirinya mengundang lintas agama dalam reuni Persaudaraan Alumni (PA) 212 pada 2019 silam.

Yusuf Martak mengatakan, PA 212 menghormati para tamu lintas agama dan memperlakukan mereka dengan baik.

Yusuf Martak memaparkan, dalam ajaran agama Islam, menghormati tamu merupakan segala-galanya.

Baca Juga: Reuni 212 Dihalangi, Nicho Silalahi Heran: Mereka yang Datang dengan Makar Malah Kalian Kawal dan Lindungi

Menurut Yusuf Martak, dirinya dan sejumlah tokoh telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara Jakarta pada 2017 atas inisiatif Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Wiranto.

Namun sayangnya, Yusuf Martak menyebut hasil pertemuan tersebut tidak ditindak lanjuti oleh Wiranto. 

Padahal, Jokowi telah menginstruksikan Wiranto untuk mengevaluasi permasalahan yang ada. Di antaranya yaitu kasus Ahok dan kriminalisasi Habib Rizieq Shihab.

Baca Juga: Dokter Koko Usulkan Reuni Pengajian Online, Helmi Felis: Cari Proyek Jangan Jilat dengan Hina 212

Kemudian, Ketua Steering Committee 212 itu kembali bertemu Jokowi selama 2,5 jam di Istana Bogor pada 2018.

"Tapi waktu 2017 itu jelas-jelas Jokowi menugaskan Pak Wiranto evaluasi, diskusi, tindak lanjut permasalahan ini semua," kata Yusuf Martak, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Refly Harun pada Sabtu, 29 Januari 2022.

Lebih lanjut, ia berharap apa yang pihaknya suarakan bisa dijadikan perubahan. Termasuk dihapuskannya diskriminasi hukum.

Baca Juga: Sindir Penutupan Akses Reuni 212 ke Patung Kuda, Nicho Silalahi: Karena Tidak Sesuai Keinginan Penguasa

"Dengan mudahnya orang melaporkan kalangan sekitar kita. Jam 12 dilaporin, jam 1 sudah dipanggil atau kadang-kadang dicopot. Contoh kayak anak-anak FPI," ujarnya.

"Tapi kalau laporan-laporan yang disampaikan oleh kita maupun orang lain tentang orang-orang yang tadi saya bilang diternak, hampir tidak pernah ada yang diproses. Jadi, mereka merasa kebal hukum. Karena mereka merasa kebal hukum, terus-terusan begini," sambungnya.

Ia pun menyebutkan sejumlah nama seperti Abu Janda, Denny Siregar, dan Ade Armando.

"Mereka menyerang segala orang. Kita pun, saya pun kenal juga tidak, tapi dia sebut-sebut fam saya. Contoh misal Martak Martak. Loh Martak itu kan banyak. Kalau saya hantam Siregar Siregar, Siregar lain kan pasti tersinggung. Kalau nggak ngerti, nggak paham, yang sopan. Kalau mau mengkritisi, mau memprotes, yang konstruktif lah," tuturnya.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Ancam Pidanakan Reuni 212, Husni Shihab: Syukur Alhamdulillah Gerombolan Bersorban Gagal

Menurutnya, saat ini banyak sekali permasalahan yang seakan-akan dipaksakan. Di antaranya yakni Undang-Undang Cipta Kerja dan Undang-Undang Perlindungan Dana Covid-19.

Selain itu, ia membenarkan bahwa concern GNPF Ulama bukan hanya soal keumatan, tetapi juga masalah-masalah kenegaraan.***

Editor: H Prastya

Tags

Terkini

Terpopuler