Zubairi Djoerban Minta Pemerintah Hentikan PTM 100 Persen, Netizen: yang Jadi Korban Siapa?

27 Januari 2022, 06:55 WIB
Ketua Satgas Covid-19 IDI, Prof Zubairi Djoerban serukan penghentian sementara PTM 100 persen, karena kasus Covid-19 kembali meningkat drastis. /Foto: Twitter/@ProfesorZubairi/

SEPUTARTANGSEL.COM - Kasus harian Covid-19 meningkat drastis, 26 Januari 2022. Pemerintah melaporkan 7.010 kasus baru dengan kasus terbanyak berada di provinsi DKI Jakarta.

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Profesor Zubairi Djoerban kembali menyerukan dihentikannya pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen sementara. 

Menurut Zubairi Djoerban, meningkatnya kasus Covid-19 harian menunjukkan sekolah tatap muka tidak lagi aman.

Baca Juga: Update Covid-19: Rekor Tambah 7.010 Kasus di Indonesia, Tangsel Juga Rekor Tambah 444 Kasus 

Bahkan, Zubairi Djoerban memohon pemerintah untuk menaikkan PPKM ke level lebih tinggi, selain menyerukan penghentian PTM 100 persen.

"Tembus 7.000 kasus per hari ini (26 Januari 2022). Sementara positevely rate lampaui 10 persen. Ini indikator, sekolah tatap muka tidak lagi aman," ujar Zubairi Djoerban sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @ProfesorZubairi, Rabu 26 Januari 2022.

"Ada pilihan pembelajaran jarak jauh. Mohon dipertimbangkan untuk menghentikan sementara PTM 100 persen dan menaikkan PKM ke level lebih tinggi," sambung Profesor Zubairi Djoerban.

Namun, tidak semua netizen setuju dengan usulan Zubairi. Ada yang menanyakan, kesalahan siapa Covid-19 meningkat. Rakyat kecil yang harus menanggung akibatnya.

Baca Juga: PTM 100 Persen di Jakarta Tetap Berjalan Meski Angka Covid-19 Naik, Wagub DKI: Pastikan Anak Patuhi Prokes

"Yang jalan-jalan ke luar negeri siapa, yang disalahin siapa, yang jadi korban siapa. Lelah hayati," kata akun @Aksaraterindah.

"Antara mau marah, kesel, dan jengkel sama mereka. Tapi apalah daya kita-kita yang nggak ke mana-mana. Akhirnya kena imbasnya juga yang finally cuma bisa manut aja. Padahal baru aja seneng, ketemu siswa selama PTM 1 bulan ini," ucap akun @siBontotsepuluh.

Beberapa netizen lain mengungkapkan secara tersirat keinginan agar PTM tidak dihentikan lagi. Kasihan anak-anak dan orang tua yang kesulitan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

"PJJ bagi sekolah di pingiran yang orang tuanya belum mengenal smartphone, itu memusingkan bagi guru. Boro-boro Zoom, WA aja nggak ngerti. Dikasih tugas, ortunya yang negrjain, Saat ketemu langsung, anaknya ngah ngoh nggak ngerti apa-apa. Bingung," kata akun @SirNetijen.

Baca Juga: 8 Gejala Khas Terinfeksi Covid-19 Varian Omicron, Penting untuk Diketahui

Sementara itu @Boedi_boe menceritakan, di sekolah anaknya sudah PTM sejak lama secara bertahap. Angka kejadian Covid-19 di sekolah tersebut juga relatif rendah. 

" Jadi anakku aktif PTM sudah setahu lebih kali," kisah akun @Boedi_boe.***

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler