SEPUTARTANGSEL.COM - Pengamat politik Rocky Gerung menanggapi kejadian Babe Haikal Hassan yang diusir oleh warga di Malang, Jawa Timur.
Haikal Hassan merupakan seorang pendakwah yang kerap mengkritik pemerintah dikhawatirkan akan merusak toleransi beragama di Malang.
Bahkan video momen Haikal Hassan diusir di Malang itu beredar di media sosial dan membuat hal itu menjadi trending.
Rocky Gerung menduga kejadian Haikal Hassan yang diusir di Malang merupakan tukar tambah terhadap kasus Arteria Dahlan yang juga ramai disorot oleh banyak pihak.
Rocky Gerung menyampaikan tanggapannya melalui sebuah video yang diunggah di kanal YouTube miliknya pada Minggu, 23 Januari 2022.
"Ya akhirnya kita musti lihat apa ini tukar tambah dengan kasus Arteria misalnya, kan akhirnya orang boleh berfikir begitu, apa di belakangnya ada banyak desain menghasilkan ketegangan sosial baru," kata Rocky Gerung yang dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Minggu, 23 Januari 2022.
Dalam video yang beredar di media sosial itu terdengar suara warga yang meneriakkan 'NKRI harga mati'.
Rocky merasa heran dengan teriakan tersebut karena dia menilai Babe Haikal Hassan juga memiliki paham 'NKRI harga mati'.
"Jadi sebetulnya kita mesti lihat dari atas bahwa NKRI harga mati, Pancasila, lah Babe Haikal juga sama NKRI harga mati, Pancasila," ujarnya.
"Bahkan bapaknya adalah seorang pejuang yang berupaya menghasilkan Indonesia yang majemuk," sambungnya.
Ahli filsafat itu juga berpendapat kejadian ini merupakan hasil dari pemilihan umum (pemilu) 2019 kemarin yang dampaknya belum selesai.
"Jadi sebetulnya kepicikan-kepicikan ini adalah ya limbahan aja, limpahan dan memang jadi limbah dari hasil pemilu kemarin yang memang gak pernah selesai," tuturnya.
Lebih lanjut, Rocky bahkan mengaitkan kejadian ini dengan kebijakan pemerintah yang melakukan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru.
Rocky menilai sebelum memindahkan Ibu Kota Negara, Presiden Jokowi terlebih dahulu harus membangun keakraban antar sesama bangsa Indonesia.
"Nah itu mestinya yang Pak Jokowi mengerti bahwa kalau bangsa ini gak akrab, ngapain pindahin ibu kota," ungkapnya.
"Jadi sebetulnya dia mesti bangun dulu yang disebut harmony social, baru mikirin hal-hal yang bersifat pameran estetika," tambahnya.***