Disebut Bukan Keturunan Kyai, Ini Biografi Kyai Ageng Khasan Besari, Kakek Gus Miftah

7 Mei 2021, 11:02 WIB
Gus Miftah /Sumber: Facebook / Kajian Dakwah Islam/

SEPUTARTANGSEL.COM – Kisruh pidato kebangsaan Gus Miftah Maulana Habiburrahman atau yang akrab disapa dengan Gus Miftah di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung Penjaringan Jakarta Utara terus bergulir.

Gus Miftah menuai kritikan dari putra KH Maimoen Zoebair. Yaitu KH Muhammad Najih Maimoen.

KH Najih menyayangkan sikap Gus Miftah yang berceramah dan membaca puisi di gereja.

Baca Juga: Ketua Setara Institute Hendardi: Tes Wawasan Kebangsaan Pegawai KPK Untuk Cegah Intoleransi dan Radikalisme

Dia pun menyinggung status “Gus” yang disandang Gus Miftah. Menurut KH Muhammad Najih Maimoen, Gus Miftah bukan anak atau keturunan Kyai sehingga tak pantas memakai gelar “Gus” di namanya.

Sebelumnya, Gus Miftah beberapa kali ditanya mengenai silsilah keluarga atau nasabnya. Tetapi dia enggan menyebutkannya.

Namun kali ini dia buka suara. Dia mengaku sebagai keturunan kesembilan dari Kyai Ageng Khasan Besari Ponorogo.

Baca Juga: DPR: KPK dalam Penyadapan, Penggeledahan, dan Penyitaan Jangan Langgar HAM

Kyai Ageng Khasan Besari atau Kyai Hasan Besari adalah ulama besar di Jawa. Pada mulanya Khasan Besari adalah ajudan dari Pangeran Diponogoro. Dia kemudian fokus sebagai ulama yang mengabdikan diri untuk membimbing dan mengajar masyarakat.

Dia pengasuh dari Pondok Pesantren Gebang Tinatar Kabupaten Ponorogo.

Kyai Ageng Khasan Besari adalah putra dari Kyai Muhammad Ilyas Besari yang merupakan putra dari Kyai Ageng Muhammad Besari.

Baca Juga: Komitmen Ekonomi Hijau Perlu Dukungan Berbagai Pihak

Karena mendapat didikan di lingkungan keluarga ulama,  Khasan Besari muda tumbuh sebagai anak yang cerdas dan alim.

Khasan Besari digambarkan sebagai sosok yang memiliki postur tubuh tinggi besar, tegap, gagah, memiliki wajah yang menarik, penyabar dan ahli tirakat.

Kebagusan rupa dan kehalusan budi pemuda Khasan Besari ini membuat putri dari Pakubuwono III, Murtosyah, jatuh hati kepadanya.

Baca Juga: Sistem Pangan Global Rapuh, Hampir 20 Juta Orang Hadapi Krisis Pangan Tahun Lalu

Lalu Murtosyah meminta sang ayah untuk melamar Khasan Besari untuknya.

Karena didesak putri kesayangannya, Pakubuwono III akhirnya bersedia untuk menikahkan Khasan Besari yang saat itu berumur 36 tahun dengan putrinya Murtosyah pada tahun 1769 M.

Kemudian Pakubuwono IV mengangkat Kyai Khasan Besari sebagai lurah yang ditugaskan untuk memimpin masyarakat desa Tegalsari.

Baca Juga: Harga Kedelai Dunia Naik, Bagaimana dengan Tahu Tempe?

Dalam tradisi Jawa, seorang Kyai tidak hanya mengurusi aspek keagamaan. Tetapi juga menjadi tumpuan masyarakat ketika menghadapi berbagai problem sosial.

Kyai Ageng Khasan Besari mempunyai pengaruh besar bagi masyarakat Ponorogo dan Kasunanan Surakarta.

Keluasan ilmu yang dimiliki Kyai Ageng Khasan Besari, membuat Syaikh Soleh Darat, ulama besar asal Semarang, berguru kepadanya. Juga pujangga besar Jawa Ronggowarsito.

Nama Kyai Ageng Khasan Besari masih terekam dalam ingatan masyarakat Ponorogo dan para santri di Jawa. Makamnya terletak di Masjid Tegalsari Ponorogo, Jawa Timur, dan hingga saat ini masih sering dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.***

Editor: Ignatius Dwiana

Tags

Terkini

Terpopuler