Mengenal Suku Cia-cia di Sulawesi Tenggara yang Gunakan Aksara Korea

- 15 Februari 2022, 19:29 WIB
Aksara Korea digunakan suku cia-cia di Sulawesi Tenggara
Aksara Korea digunakan suku cia-cia di Sulawesi Tenggara /Instagram.com/@korean_uri_hangul/

SEPUTARTANGSEL.COM - Cia-cia merupakan salah satu suku yang berasal dari provinsi Sulawesi Tenggara.

Sekitar 79.000 orang cia-cia menetap di Kota Baubau yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.

Pada tahun 2009, suku cia-cia resmi menggunakan hangeul, aksara Korea Selatan sebagai aksara pengantar untuk bahasa cia-cia.

Baca Juga: Fadli Zon Pamer Foto Pakai Baju Adat Suku Baduy, Fahri Hamzah Sebut Mirip Jokowi

Keputusan tersebut diambil oleh pemerintah Kota Baubau mengingat kemiripan bunyi bahasa cia-cia dengan Korea.

Pada tahun 2005, pemerintah Kota Baubau pernah menyatakan bahwa banyak bahasa dari etnis minoritas di Sulawesi Tenggara mengalami bahaya kepunahan, salah satunya adalah bahasa dari suku cia-cia.

Amirul Tamim yang menjabat sebagai walikota Baubau saat itu menjelaskan bahwa yang menjadi alasan utama adalah tidak adanya aksara yang cocok untuk menuliskan bahasa cia-cia.

Baca Juga: Memanas, KKB Bakar Rumah Kepala Suku dan Fasilitas Pendidikan di Papua

Aksara buri wolio yang mirip dengan aksara arab serta aksara latin yang sebelumnya digunakan untuk menulis bahasa cia-cia dianggap tidak lagi sesuai.

Dikutip SeputarTangsel.Com dari jurnal yang ditulis oleh Achmad Rio Dessiar dengan judul ‘A Contrastive Study on Korean and Cia-Cia Language Vowels Based on an Acoustic Experiment’ pada Selasa, 15 Februari 2022, Hunmin Jeongeum Society of Korea menawarkan diri untuk membantu permasalahan yang dihadapi suku cia-cia.

Lembaga riset asal Korea Selatan tersebut menawarkan penggunaan hangeul, aksara Korea untuk mentranskrip bahasa cia-cia.

Setelah kesepakatan antara pemerintah kota Baubau dan lembaga riset asal Korea Selatan tersebut terjadi, sejak 2009 dimulailah proyek untuk menerapkan hangeul sebagai aksara pengantar bahasa cia-cia.

Baca Juga: Tolak Kenakan Dasi, Politisi Suku Maori Dikeluarkan dari Parlemen Selandia Baru

Sebagian besar penelitian dilakukan oleh para peneliti dari Korea Selatan, hanya Dessiar saja yang merupakan ilmuwan asal Indonesia yang terlibat dalam proyek ini pada tahun 2020 hingga 2021.

Pada penelitiannya, Dessiar mengungkap salah satu kelemahan hangeul yang tidak memiliki konsonan ganda, yang mana penting untuk mentranskrip bahasa cia-cia.

Jika tidak mendapat perhatian serius, Dessiar beranggapan bahwa usaha melestarikan bahasa cia-cia akan menghadapi kesulitan yang besar, bahkan punahnya bahasa cia-cia itu sendiri.***

Editor: Dwi Novianto


Tags

Terkait

Terkini