SEPUTARTANGSEL.COM - Suku Sabu, dikenal juga sebagai Savu, Sawu, atau Hawu di di kampung Namata, Pulau Sabu, Kabupaten Sabu Raijua, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak dulu dikenal memiliki agama atau kepercayaan setempat.
Agama asli ini dikenal dengan nama yang penulisannya bervariasi: Jingtiu, Jing Tiu, Jingitiu atau Jingi Tiu.
Ini semula adalah sebutan yang disematkan oleh misionaris dari Portugis pada masa penginjilan tahun 1625.
Baca Juga: Sarang Burung Walet Rp20 Juta per Kilogram Ada di Pulau Nuha Belen di Kabupaten Flores Timur
Para penginjil Portugis itu menyebut orang-orang suku Sabu sebagai Genios yang artinya adalah kafir atau tidak bertuhan. Orang Sabu ketika itu melafalkan "Genios" dengan Jingtiu.
Nama Genios atau kafir dan tak bertuhan ini sebetulnya tidak tepat, karena orang Suku Sabu saat itu sudah memiliki Deo Ama sebagai Tuhannya.
Deo Ama yang secara harfiah artinya Dewa Bapak, menurut mereka adalah penggambaran sebagai Sang Maha Kuasa. Tokoh tertinggi, penuh misteri, dihormati sekaligus ditakuti.
Dikutip SeputarTangsel.Com dari Flores Terkini, semula para Mone Ama atau Pemuka Agama tidak memahami arti harfiah dari Genios yangg mereka ucapkan menjadi Jingtiu.
Baru belakangan mereka menyadari artinya adalah kafir atau tak bertuhan. Orang Sabu dan para Mone Ama pun berusaha mengubah nama tersebut.